Selasa 15 Feb 2022 06:48 WIB

Simbol-Simbol Perjuangan di Masjid Syuhada Yogyakarta

Masjid Syuhada sarat akan simbol-simbol perjuangan melawan penjajah.

Bangunan Masjid Syuhada, Yogyakarta, Ahad (16/1/2022). Masjid Syuhada merupakan monumen yang dibangun untuk para pejuang atau syuhada pada pertempuran Kotabaru pada 7 Oktober 1945. Ada 21 pejuang yang gugur dalam pertempuran ini, dan melandasi pembangunan Masjid Syuhada pada 1950. Sehingga Masjid Syuhada diartikan sebagai tempat ibadah serta pengingat pahlawan atau syuhada yang gugur pada Pertempuran Kotabaru.
Foto:

Dalam artikelnya yang diterbitkan Pemerintah DIY, Heru Sutrisno mengatakan, peletakan batu pertama pembangunan Masjid Syuhada berlangsung pada 23 September 1950 atau 11 Dzulhijah 1369 H. Itu bertepatan dengan Idul Adha. Sultan Hamengku Buwono IX yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia turut hadir dalam momen tersebut.

Ide pembangunan Masjid Syuhada diprakarsai oleh Mr Assaat selaku ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) kala itu. Idenya didukung sejumlah menteri era Presiden Sukarno, semisal Mr Syafrudin Prawira negara, KH Wahid Hasyim, KH Ma sykur, dan ZA Ahmad. Pembangunan Masjid Syuhada juga dilatari peristiwa bersejarah lainnya, yakni pemindahan ibu kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta pada 6 Januari 1946.

photo
Pengunjung beristirahat usai beribadah di Masjid Syuhada, Yogyakarta, Ahad (16/1/2022). Masjid Syuhada merupakan monumen yang dibangun untuk para pejuang atau syuhada pada pertempuran Kotabaru pada 7 Oktober 1945. Ada 21 pejuang yang gugur dalam pertempuran ini, dan melandasi pembangunan Masjid Syuhada pada 1950. Sehingga Masjid Syuhada diartikan sebagai tempat ibadah serta pengingat pahlawan atau syuhada yang gugur pada Pertempuran Kotabaru. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Hingga kini, masjid tersebut masih menjadi pusat kegiatan Islam masyarakat setempat.Tidak hanya pada waktu shalat, keaktifan warga Muslimin dalam memakmurkan masjid itu cukup beragam. Misalnya ialah pemusatan kegiatan belajar-mengajar. Bahkan, lantai dasar Masjid Syuhada difungsikan sebagai tempat kuliah dan perpustakaan.

Masjid Syuhada mengadopsi corak arsitektur modern sekaligus tradisional. Struktur bangunan yang berlantai tiga ini, menurut Heru, selintas mengingatkan publik pada denah Candi Borobudur, yakni tahapan-tahapan Kamadatu, Rupadatu, dan Arupadatu. Masjid itu dirancang oleh anggota-anggota panitia pendirian yang merupakan perwujudan hasil musyawarah mufakat para tokoh. Pembangunan fisiknya ditangani seorang kepala proyek, yaitu Supono. Ia bekerja menurut petunjuk seorang penasihat teknik, Ir R Feenstra, dari NV Associate yang berkantor di Jakarta.

Karena dimaksudkan sebagai sebuah monumen, Masjid Syuhada pun sarat akan simbol-simbol. Umpamanya, jumlah anak tangga pada bagian depan yang mencapai 17 buah. Di dekatnya, terdapat delapan segi tiang gapura, empat kupel bawah, serta lima kupel atas. Dengan demikian, semua bagian itu menyiratkan tanggal kelahiran Republik Indonesia, yakni 17-8-45 atau 17 Agustus 1945.

Pada lantai dasar, terdapat sebuah ruangan kuliah yang dilengkapi dengan 20 jendela. Itu melambangkan peringatan tentang 20 sifat wajib bagi Allah SWT. Lantai dua masjid dijadikan sebagai ruang shalat bagi kaum perempuan. Di sana, terdapat dua tiang yang seolah-olah menyangga bangunan. Keduanya menggambarkan dua iktikad manusia. Adapun lantai tiga masjid ini digunakan sebagai ruang shalat utama. Pada bagian mihrab, ada lima lubang angin yang mengilustrasikan jumlah rukun Islam.

 

 

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement