Kamis 13 Jan 2022 19:14 WIB

Jaga Akidah atau Keutuhan Masyarakat, Mana Lebih Utama?

Menjaga akidah penting tetapi penting juga pertahankan keutuhan masyarakat

Bukit Sinai (ilustrasi). Menjaga akidah penting tetapi penting juga pertahankan keutuhan masyarakat sebagaimana dicontohkan Nabi Musa
Foto:

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

Tapi apakah Nabi Harun hanya diam saja melihat kemungkaran itu? Tidak. Beliau telah mengingatkan dan menasehati dengan cara yang lembut sesuai dengan karakter beliau yang lunak dan santun. Imam Fakhr ar-Razi berkata:

وَاعْلَمْ أَنَّ هَارُونَ عَلَيْهِ السَّلَامُ سَلَكَ فِي هَذَا الْوَعْظِ أَحْسَنَ الْوُجُوهِ لِأَنَّهُ زَجَرَهُمْ عَنِ الْبَاطِلِ أَوَّلًا بِقَوْلِهِ: إِنَّما فُتِنْتُمْ بِهِ ثُمَّ دَعَاهُمْ إِلَى مَعْرِفَةِ اللَّه تَعَالَى ثَانِيًا بِقَوْلِهِ: وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمنُ ثُمَّ دَعَاهَا ثَالِثًا إِلَى مَعْرِفَةِ النُّبُوَّةِ بِقَوْلِهِ: فَاتَّبِعُونِي ثُمَّ دَعَاهُمْ إِلَى الشَّرَائِعِ رَابِعًا بِقَوْلِهِ: وَأَطِيعُوا أَمْرِي  وَهَذَا هُوَ التَّرْتِيبُ الْجَيِّدُ لِأَنَّهُ لَا بُدَّ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ مِنْ إِمَاطَةِ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَهُوَ إِزَالَةُ الشُّبُهَاتِ ثُمَّ مَعْرِفَةُ اللَّه تَعَالَى هِيَ الْأَصْلُ ثُمَّ النُّبُوَّةُ ثُمَّ الشَّرِيعَةُ .

“Ketahuilah, sesungguhnya Harun AS sudah menempuh cara nasehat dalam bentuk yang sangat baik. Pertama ia mengingatkan mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang batil: “Sesungguhnya kalian telah jatuh dalam fitnah…”.

Kedua, ia mengajak mereka untuk benar-benar mengenal Allah SWT: “Sesungguhnya Rabb kamu adalah Ar-Rahman…”. Ketiga, ia mengajak mereka untuk mengenal kenabian: “Maka ikutilah aku…”. Keempat, ia mengajak mereka untuk mengikuti syariat: “Dan patuhilah perintahku…”.  

Ini merupakan urutan nasihat yang sangat bagus, karena untuk memperbaiki sesuatu terlebih dahulu mesti membuang gangguan dari jalan, dalam hal ini adalah menghilangkan syubuhat (kerancuan), kemudian mengenal Allah yang merupakan dasar segala-galanya, lalu mengenal kenabian, kemudian syariat.”  

Pertanyaannya adalah apakah langkah yang ditempuh oleh Nabi Harun AS dengan lebih memprioritaskan keutuhan kaum (masyarakat), setidaknya untuk sementara waktu- daripada masalah akidah, adalah sesuatu yang sudah tepat? 

Saya pribadi tidak berani memberikan penilaian. Namun sekilas, setelah menyampaikan alasan dan pembelaan tersebut, Nabi Musa  atau lebih tepatnya Allah SWT, tidak mengomentari apapun. Dan ini bisa dikatakan iqrar. 

Imam Thahir bin ‘Asyur, karena ia seorang yang sangat pakar dalam tafsir, lughah, maqashid, dan sederet keilmuan pokok lainnya, ia memberikan penilaian:

وَكَانَ اجْتِهَادُهُ ذَلِكَ مَرْجُوحًا لِأَنَّ حِفْظَ الْأَصْلِ الْأَصِيلِ لِلشَّرِيعَةِ أَهَمُّ مِنْ حِفْظِ الْأُصُولِ الْمُتَفَرِّعَةِ عَلَيْهِ، لِأَنَّ مَصْلَحَةَ صَلَاحِ الِاعْتِقَادِ هِيَ أُمُّ الْمَصَالِحِ الَّتِي بِهَا صَلَاحُ الِاجْتِمَاعِ

“Ijtihad Nabi Harun ini marjuh (lemah) karena menjaga sesuatu yang sangat pokok dalam syariat (yaitu akidah) jauh lebih penting daripada menjaga pokok-pokok yang menjadi cabang darinya, karena kemaslahatan akidah adalah induk segala kemaslahatan yang dengannya masyarakat akan baik.”

Sementara Imam Fakhr ar-Razi lebih menempuh cara yang lebih moderat. Ia tidak mengatakan bahwa ijtihad Nabi Harun adalah marjuh (lemah).

Baca juga: Saat Tentara Salib Hancurkan Masjid Hingga Gereja di Alexandria Mesir 

Menurutnya, para Nabi bisa saja meninggalkan sesuatu yang lebih utama (جَوَازِ تَرْكِ الْأَوْلَى). Beliau berkata:

فَالْفِعْلُ الَّذِي يَفْعَلُهُ أَحَدُهُمَا وَيَمْنَعُهُ الْآخَرُ أَعْنِي بِهِمَا مُوسَى وَهَارُونَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ لَعَلَّهُ كَانَ أَحَدُهُمَا أَوْلَى وَالْآخَرُ كَانَ تَرْكَ الْأَوْلَى فَلِذَلِكَ فَعَلَهُ أَحَدُهُمَا وَتَرَكَهُ الْآخَرُ

“Apa yang dilakukan oleh satu dari kedua Nabi mulia ini (maksudnya Musa dan Harun), dan tidak dilakukan oleh yang lain, boleh jadi salah satunya lebih utama sementara yang lain meninggalkan yang lebih utama. Karena itulah, salah satu melakukannya sementara yang lain meninggalkannya.”  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement