Rabu 11 Aug 2021 19:03 WIB

Pengaruh Besar Peradaban Islam dalam Kemajuan Ilmu Astronomi

Ilmu perbintangan (astronomi) dicetuskan pertama kali oleh Nabi Idris AS.

Astronomi Islam: Ilustrasi ilmuwan ilmu falak pada zaman era kekhalifahan Islam
Foto:

Munculnya Ilmuwan-Ilmuwan Falak dan Astronom Muslim

Khalifah kedua Dinasti Abbasiyah, Abu Ja’far al-Mansur (712-775 M), menempatkan kajian ilmu falak setelah ilmu tauhid, fikih, dan kedokteran.

Semasa berkuasa, ia memerintahkan Muhammad al- Fazari dan Umar bin Farhan at- Thabari untuk menerjemahkan berbagai buku tentang ilmu falak.

Kemudian al-Mansur juga memerintahkan kepada Ibrahim bin Yahya an-Naqqas untuk menerjemahkan karya Ptolemeus yang mengulas tentang sistem perbin tangan. Dari sini kemudian mulai bermunculan para pakar Islam yang menggeluti bidang astronomi.

Pada masa Khalifah al-Mansur ini dana negara yang dikeluarkannya untuk membiayai pengembang an astronomi tidaklah sedikit. Sehingga tidak mengherankan jika hasil-hasil yang dicapai sangatlah memuaskan. Faktor ini pula yang mendorong kajian ilmu falak tetap berlanjut serta mengalami fase kemajuan di masa-masa selanjutnya.

Kajian tentang astronomi Islam mencapai masa kejayaan dan keemasan di masa Khalifah Harun al-Rasyid dan anaknya al-Ma’mun. Pada masa pemerintahan al-Rasyid dan al-Ma’mun, Islam mencapai puncak prestasi dalam bidang peradaban.

Saat berkuasa, antara tahun 813 hingga 833 M, Khalifah al-Ma’mun memerintahkan penerjemahan berbagai buku tentang astronomi yang berbahasa Persia, India, dan Yunani ke dalam bahasa Arab. 

Di masa al- Ma’mun ini juga muncul para ahli astronomi yang terkenal, seperti Habasyi al-Hasib al-Marwazi dan Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak al-Kindi.

Selanjutnya, di Abad seterusnya, pengembangan ilmu falak di tubuh Islam masih tetap berlanjut. Astronomi bukan hanya berkembang di Asia Barat, Eropa Selatan, dan Afrika Utara yang berada dalam wilayah kekuasaan Muslim di Abad Pertengahan, tetapi juga di Asia Tengah dan Asia Timur.

Astronom-astronom yang terkenal di wilayah ini adalah al-Kharaki, al-Qazwini, dan Zakaria bin Muhammad bin Mahmud Abu Yahya (1200-1282).

Ilmu Astronomi Islam dan Kiblat

Zaman kegemilangan astronomi di tanah Islam ini berakhir dalam kurun abad ke-12. Buku-buku hasil karya ilmuwan Muslim sedikit demi sedikit telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, terutamanya di Toledo, Spanyol.

Hasil terjemahan tersebut kemudian disebarluaskan di seluruh kawasan benua Eropa. Melalui terjemahan tersebutlah tokoh-tokoh intelektual Eropa, di pengujung zaman pertengahan, mengkaji semula teori Ptolemeus dan mempelajari perkembangan astronomi hasil sumbangan dunia Islam.

Runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement