Rabu 16 Jun 2021 17:02 WIB

Media Massa dan Kongres Muhammadiyah

Media menyebarkan berita kongres Muhammadiyah kepada pembacanya.

Media Massa dan Kongres Muhammadiyah. Pengajian di Kongres Muhammadiyah ke-19.
Foto:

Sudah sejak era 1920-an para wartawan non-Muhammadiyah ini menaruh atensi pada aktivitas-aktivitas Muhammadiyah, terutama yang skalanya besar untuk ukuran masa itu, yakni kongres, satu dari sedikit kesempatan untuk melihat kaum pribumi Hindia Belanda berkumpul dan membicarakan hal-hal penting yang menjadi persoalan bersama. Para wartawan datang untuk melihat keramaian itu dan melaporkan berbagai kejadian menarik untuk media mereka masing-masing, tentu sesuai dengan kebijakan dan kepentingan redaksi yang berbeda pada setiap media.

Pada Februari 1928, Muhammadiyah mengadakan kongres ke-17 di tanah kelahirannya, Yogyakarta. Wartawan Suara Muhammadiyah (saat itu masih bernama Soeara Moehammadijah, dengan kantor redaksi beralamat di Moehammadijah-Straat atau Jalan Muhammadiyah, Yogyakarta) datang dan kemudian memberikan laporan lengkap tentang kongres itu dibawah tajuk: Notulen Congres Moehammadijah ke XVII. Jang Terbesar.

Isinya menggambarkan kongres dari hari ke hari: ribuan peserta yang hadir, asal daerah peserta (dari Kutaraja [Aceh], Padang Panjang hingga Gresik), beragam aktivis yang menarik, dan tentu saja pidato-pidato bersemangat dari para pimpinan kongres. Voorzitter HB (Ketua Umum PP Muhammadiyah) saat itu, K.M. Ibrahim, membuka kongres dengan menyebutkan salah satu tujuan kongres itu ialah agar para utusan cabang dan ranting Muhammadiyah saling mengenal satu sama lainnya dan “mengekalkan” rasa persaudaraan di antara warga Muhammadiyah.

Tapi tak hanya wartawan Suara Muhammadiyah yang datang ke kongres itu. Puncak acara adalah “Persidangan Oemoem Terboeka”, berlangsung pada Ahad, 12 Februari 1928, di Alun-alun. Ada sekitar 3.000 orang yang hadir. Yang hadir antara lain utusan cabang dan ranting Muhammadiyah, wakil dari organisasi lainnya di Hindia Belanda yang menggambarkan keluasan dan keluwesan pergaulan Muhammadiyah (mulai dari wakil Budi Utomo, Jong Islamieten Bond, Walfajri, Taman Siswa, Adidarma hingga Madrasah Islamiah Solo), dan wakil pemerintah kolonial (C.O. van der Plas dan Soetan Moehammad Zain).

Beberapa wartawan media massa juga ambil bagian dalam acara itu. Di antaranya ada jurnalis Darmokondo, Bintang Timoer, De Locomotief, Pandji Poestaka, dan Kajawen. Koran dan majalah ini punya keunikan masing-masing bila ditinjau dari bahasa yang dipakai, ideologi dan tipe pembacanya.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement