“Akhlak menjadi tolak ukur bagi setiap muslim untuk melihat dan mengetahui secara eksplisit tentang sukses atau tak suksesnya ritual ibadah mereka di dunia ini,” tulis Husein Ja’far.

Bahkan, lebih mendasar lagi, akhlak diposisikan sebagai titik pembeda antara iman dan kafir. Seperti yang disampaikan Nabi Muhammad Saw dalam salah satu sabdanya, “Jika Allah ingin menguatkan keimanan seseorang, maka Dia akan menguatkan akhlak baiknya. Dan, sebaliknya, jika Allah akan menguatkan kekafiran seseorang, maka Dia kuatkan akhlak buruknya.”

Oleh karena itu, menurut Husein Ja’far, para sufi pun cenderung memilih untuk lebih mengeksplorasi dimensi akhlak Nabi, ketimbang berpolemik seputar eksistensinya, hadits-haditsnya, kepemimpinannya, dan lain-lain.

“Pasalnya, itulah pesan dasar kenabian Muhammad, melebihi fikih dan bahkan akidah,” kata Husein Ja’far.

Ikuti Whatsapp Channel Republika