Senin 26 Apr 2021 16:33 WIB

Kisah Muhammad Asad Jatuh Cinta pada Islam (1)

Muhammad Asad, mualaf Yahudi yang mengabdikan dirinya untuk Islam.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Muhammad Asad saat bersama pendiri Arab Saudi.
Foto:

Dia dengan cepat mengakar dalam berbagai lingkaran sastra, yang akan berkumpul di kafe-kafe Wina untuk membahas penemuan Sigmund Freud di bidang psikoanalisis. Seperti anak muda lainnya, Asad sedang mencari jawaban setelah Perang Dunia I yang berdarah, yang melanda Eropa antara 1914 dan 1918. 

“Eropa berada dalam krisis moral. Peradaban barat hampir menghancurkan dirinya sendiri selama perang. Seluruh generasi pemuda dimusnahkan. Tetapi itu juga merupakan periode yang dinamis. Orang tidak dibatasi oleh dogma lama dan mereka mencari sumber spiritual baru,” kata Martin Kramer, sejarawan Israel, yang telah menulis tentang Asad. 

"Itu salah satu cara untuk memahami Asad. Dia tidak muncul dari tatanan politik dan budaya yang puas diri. Dia muncul dari sebuah ordo, yang baru saja mengalami keruntuhan total," tambah Kramer dilansir dari TRT World, Ahad (25/4).

Setelah kalah perang, ekonomi Jerman menanggung beban reparasi. Inflasi sangat tinggi sehingga orang-orang kelas menengah menjual pusaka dan furnitur keluarga untuk bertahan hidup.  Gelisah dan tidak bisa fokus, Asad keluar dari universitas untuk mengejar karir sebagai penulis. Ayahnya meninggal setelah menentang keputusannya itu dan memotong gajinya sebagai hukuman. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement