Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani berpendapat mengenai riya yang ditulis dalam kitabnya Fathul Baari berkata riya ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan tersebut. Imam Al-Ghazali berpendapat riya adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Imam Habib Abdullah Haddad juga berpendapat mengenai riya, ia berkata riya adalah menuntut kedudukan atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat. Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an & Ilmu hadist Barokah Madinah Al-Minangkabawi KH. Zulkifli Ahmad Jundim mengatakan riya termasuk syirik kecil yang wajib dijauhi oleh setiap Muslim.
Menurut bahasa, riya (الرياء) berasal dari kata الرؤية (ru'yah) yang artinya menampakkan. Dalam Kitab Tanbihul Ghofilin, ulama fiqih dan pakar hadits kelahiran Samarkan Uzbekistan, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menukil perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA) yang menyebutkan empat tanda orang riya, yakni sebagai berikut.
- Malas beramal jika sendirian.
- Tangkas (semangat) beramal shaleh jika di depan orang banyak.
- Menambahkan amal kebaikannya jika dipuji.
- Mengurangi amal shalehnya dan putus asa jika amalannya dicela.