Sebelum penaklukannya oleh tentara Muslim pada tahun 635, kota Bizantium itu adalah rumah bagi salah satu konstelasi situs suci Kristen yang menghiasi garis pantai Laut Galilea. Di bawah pemerintahan Muslim, Tiberias menjadi ibu kota provinsi di kerajaan Islam awal dan berkembang menjadi terkenal.
Khalifah awal membangun istana di pinggiran kota di sepanjang tepi Danau Galilea. Namun hingga saat ini, hanya sedikit yang diketahui tentang masa lalu Muslim awal di kota itu.
Kepala arkeolog pada Otoritas Purbakala Israel (Israel Antiquities Authority), Gideon Avni, mengatakan penemuan itu membantu menyelesaikan perdebatan ilmiah tentang kapan masjid mulai membakukan desainnya, menghadap ke arah kiblat di Makkah.
"Dalam temuan arkeologi, sangat jarang ditemukan masjid-masjid awal," kata Avni.
Penggalian arkeologi di sekitar Tiberias telah dimulai secara tidak teratur sejak abad yang lalu. Dalam beberapa dekade terakhir, kota kuno itu telah mulai menghasilkan bangunan monumental lainnya dari masa lalunya, termasuk teater Romawi yang cukup besar yang menghadap ke air dan sebuah gereja Bizantium.
Sejak awal tahun lalu, pandemi virus corona membuat penggalian terpaksa berhenti dan membuat rumput Galilea tumbuh subur di sana, tumbuhan dan gulma tumbuh di atas reruntuhan masjid tersebut. Universitas Ibrani (Hebrew Universit) dan mitranya, Institut Arkeologi Protestan Jerman, berencana memulai kembali penggalian pada Februari mendatang.