Rabu 23 Dec 2020 20:22 WIB

Sitti Moendjijah: Ide Emansipasi Orator Ulung Aisyiyah

Sitti Moendjijah menyebut perempuan setara, tapi bukan berarti sama dengan pria.

Orator ulung Aisyiyah, Muhammadiyah, Sitti Moendjijah.
Foto:

Namun, di sini Moendjijah mencatat antara laki-laki dan perempuan secara fitrah memang dilahirkan berbeda. Perbedaan ini ia maksudkan adalah perbedaan dari sisi kodrat penciptaan.

Laki-laki dinilai tercipta sebagai yang lebih kuat daripada perempaun. Kodrat inilah yang kemudian memilah sesuatu tugas sesuai fitrah masing-masing. Ada kewajiban yang tidak bisa dimasuki laki-laki, sebaliknya tidak ada ruang kewajiban laki-laki bagi perempuan.

Moendjijah turut memisalkan secara fitrah bahwa perempuan akan mengandung, melahirkan, dan memberikan ASI. Secara logis, hal ini bukanlah wilayah kewenangan laki-laki.

Selain itu, beliau turut membuat tamsil harimau dan burung. Harimau memiliki kekuatan untuk menggigit dan menelan, sedangkan burung tidak demikian. Hanya saja, burung mampu terbang sementara harimau tidak mampu.

Walau kodrat penciptaan berbeda, namun ada tugas wajib juga yang dapat dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Misalnya di sini adalah menuntut ilmu serta mengerjakan amal kebajikan.

Semua memiliki hak yang sama untuk mendapatkan cahaya takwa Allah SWT. Dari sinilah, gagasnya, perempuan berhak untuk maju dan ikut berperan selama kodrat penciptaan tidak dilangkahi dengan semena-mena.

 

Perempuan dan laki-laki adalah makhluk-Nya yang setara. Setara bukan berarti sama, namun memiliki perbedaan fundamental. Sitti Moendjijah, orator ulung Aisyiyah, meninggal pada 1955 dengan mewariskan ide emansipasi. Islam tidak mengajarkan pengekangan perempuan pada hal-ihwal perbuatan yang mampu dan dapat dilakukan dua-duanya sesuai Syariah Islam.

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/12/22/sitti-moendjijah-setara-tak-sama/

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement