Sabtu 26 Dec 2020 09:17 WIB

Kisah Nabi Muhammad SAW: Renovasi Ka’bah dan Wahyu Pertama

Pernikahan Muhammad dan Khadijah digelar dua bulan setelah Muhammad pulang dari Syam

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Nabi Muhammad SAW (7), Renovasi Ka’bah dan Wahyu Pertama | Suara Muhammadiyah

Mulai tiga tahun menjelang beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad setiap bulan Ramadhan, selama sebulan penuh mengasingkan diri di gua Hira’ di atas Jabal Nur. Dalam bahasa Arab disebut dengan istilah tahannuts. Beliau  tidak pernah suka melihat kemusyrikan yang dilakukan oleh kaumnya. Oleh sebab itu beliau tidak pernah mengikutinya. Begitu juga beliau sangat gelisah melihat ketidak adilan sertta kezaliman yang dilakukan oleh para pembesar dan penguasa Mekkah. Tapi beliau tidak bisa dan tidak tahu mau berbuat apa. Oleh sebab itu beliau lebih banyak menghindar. Untuk menenangkan diri dan merenung beliau menyepi di atas Jabal Nur, disebuah gua yang tidak besar. Hanya cukup untuk duduk seorang diri. Sebagai perbekalan beliau membawa roti dan air minum. Kalau perbekalan habis beliau pulang ke rumah mengambil bekal yang baru atau Khadijah mengirim utusan menganarkan sampai kaki bukit. Jarak dari rumah beliau ke Jabal Nur tersebut lebih kurang 6 km.

Sampai suatu malam Allah SWT mengutus Jibril menyampaikan wahyu pertama kepada Muhammad. Rasulullah SAW sendiri bercerita: “Pada malam itu Jibril datang mendekapku sampai aku kepayahan. Kemudian melepaskanku dan berkata: “Bacalah.” Aku menjawab aku tidak bisa membaca. Jibril kembali mendekapku sampai aku  kepayahan, Kemudian melepaskanku dan berkata: ‘Bacalah.” Aku menjawab aku tidak bisa membaca. Jibril kembali mendekapku untuk yang ketiga kalinya  sampai aku  kepayahan, Kemudian melepaskanku dan berkata:

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-‘Alaq 96:1-5)

Nabi Muhammad pulang membawa wahyu dengan penuh ketakutan. Badannya menggigil. Sampai di rumah Khadijah Nabi minta diselimuti. Zammiluni…zammiluni pinta beliau. Lalu Khadijah menyelimuti beliau dan membiarkan beliau istirahat sambil menenangkan diri. Setelah agak tenang barulah Muhammad bercerita kepada isterinya apa yang baru saja dialaminya. Khadijah kemudian memawa Nabi Muhammad SAW menemui saudara sepupunya Waraqah ibn Naufal. Sepupu Khadijah ini seorang Nasrani yang taat,  mampu menulis Taurat dan Injil dalam bahasa Ibrani. Orangnya sudah tua dan buta. Setelah Waraqah mendengarkan apa yang dialami oleh Muhammad, dia bekata: ?Ini adalah Namus (maksudnya Jibril) yang pernah turun kepada Musa AS. Ah, andai saja aku masih muda saat itu nanti. Andai saja aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu”, Spontan Muhammad bertanya: “Apakah kaumku akan mengusirku?” Waraqah menjawab: “Ya, tidaklah seseorang membawa seperti yang kau bawa, kecuali pasti akan dimusuhi. Andai aku masih hidup saat aku diutus, aku akan menolongmu dengan sungguh-sungguh.” Namun, sampai Waraqah meninggal, tidak ada wahyu yang turun. (bersambung)

Sumber: Majalah SM Edisi 18 Tahun 2018

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement