Selasa 02 Jun 2020 04:00 WIB

Konsep Ibnu Sina dalam Hadapi Wabah dan Pembuktian Ilmiahnya

Ibnu Sina mempunyai konsep untuk menghadapi pandemi wabah.

Ibnu Sina mempunyai konsep untuk menghadapi pandemi wabah. Ibnu Sina
Foto:

Di samping tidak boleh takut kepada penyakit, Ibnu Sina juga menerangkan tata cara lainnya untuk mencegah wabah, yaitu yang bersangkutan harus menjauhi kerumunan manusia, uang harus disterilkan dengan cuka, serta masjid dan pasar harus ditutup sementara sehingga setiap orang sholat di rumahnya masing-masing agar rantai penyebaran infeksi tidak berlanjut. 

Selain itu, dokter dan paramedis yang merawat pasien harus mensterilkan hidungnya dengan kapas yang direndam dalam cuka dan mengunyah auraq al-syaikh (semacam daun-daunan), yang semuanya ini baru dikenali oleh orang-orang setelah wabah pandemi corona menyebar ke berbagai negeri.  

Pada masa corona sekarang ini, yakni hampir seribu tahun setelah Ibnu Sina wafat, kita baru menyadari bahwa kosep dan inovasi Ibnu Sina sudah digunakan dalam pengendalian penyebaran corona di berbagai negara dunia. 

Dahulu, Ibnu Sina pernah curiga ada beberapa penyakit ditularkan mikroba. Maka, untuk mencegah infeksinya di antara sesama manusia, ia menemukan metode dengan mengisolasi yang bersangkutan selama 40 hari. Metode ini dia sebut al-arba’īniyyāt (40 harian), lalu dikenal dalam bahasa Italia dengan quarantine, lalu diserap dalam bahasa Indonesia menjadi karantina. Karena telah terjadi kemajuan di bidang ilmu kedokteran, untuk masa sekarang ini  karantina lazimnya dilakukan selama 14 hari.  

Informasi ini diperoleh dari sebuah film berbahasa Soviet berdurasi 4 menit yang menceritakan metode Ibnu Sina dalam menghadapi pandemi. Film Avicenna (Ibnu Sina) yang diproduksi Rusia pada masa Uni Soviet pada 1956, disutradarai Gregory Cooperschmitt, telah menghebokan Facebook dan Whatsapp, bukan saja di Indonesia, melainkan juga di berbagai negara, terutama Timur Tengah, sebagaimana dilansir dalam berbagai surat kabar daring antara lain el-Syurůq, el-Syarq, el-Quds el-Araby, el-Bilād, dan el Qabas. 

photo
Prof Dr Syihabuddin Qalyubi, Lc, MAg guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. - (Dok Istimewa)

Dewasa ini para ahli medis Muslim melanjutkan usaha-usaha yang sudah dirintis para pendahulunya. Di antaranya yang dilakukan Jamal Elzaky dalam Mukjizat Kesehatan Ibadah (2015), sebagaimana dimuat dalam NU Online, mengungkapkan sejumlah penemuan para ahli tentang hikmah wudhu sebagai berikut.   

Pertama, laporan yang disampaikan Reuters (kantor berita yang bermarkas di London, Inggris) 2007 menuturkan bahwa mencuci tangan secara rutin dapat melindungi tubuh dari penyebaran virus yang melalui sistem pernapasan. Umat Islam dalam sehari semalam minimal membasuh tangan hingga siku sebanyak lima kali. Yang demikian ini tentu sangat efektif mencegah tubuh dari segala virus dan kuman penyakit lainnya.  

Kedua, uji coba yang dilakukan beberapa dokter di Universitas Alexandria Mesir berkaitan dengan istinsyāq dan istinśār (menghirup air ke dalam hidung dan melepasnya). Ditemukan bahwa kelompok orang yang terbiasa melakukannya memiliki sistem pernapasan yang lebih sehat dan lebih terjaga dari serangan virus maupun bakteri. Sebaliknya, orang yang tidak pernah melakukannya, bagian langit-langit hidungnya akan terlihat kotor dan dipenuhi selaput kelabu yang mengandung debu dan kuman. 

Jika dilihat dengan menggunakan mikroskop elektrik, ditemukan bahwa hidung orang yang tidak pernah berwudhu menjadi sarang bagi pertumbuhan macam-macam bakteri, kuman, dan virus yang membahayakan tubuh manusia.  

Ketiga, penelitian oleh para dokter di Universitas Iskandaria terhadap 5.000 penderita diabetes. Mereka menemukan bakteri dan jamur pada hidung pasien yang jarang atau bahkan tidak suka berwudhu (hal 97-104).   

Secara gamblang para ahli medis menjelaskan betapa besar manfaat dari melaksanakan wudhu secara rutin. Masih banyak lagi manfaat lain dari wudhu, seperti kesehatan kulit, kelancaran peredaran darah, serta kesehatan telinga dan mata. 

Maka, dalam masa krisis wabah Covid-19 ini marilah kita mengindahkan anjuran para ahli bidang kesehatan dan pemerintah yang ternyata anjuran mereka itu selaras dengan ajaran Islam, khususnya ajaran Nabi Muhammad SAW, sehingga kita bisa terhindar dari penyakit corona tersebut. Amin. 

 

 

*Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement