Sabtu 14 Oct 2023 22:46 WIB

Jika Bunda Maryam Disebut Nabi, Apakah Benar Ada Penerima Wahyu dari Kalangan Perempuan?

Sebagian ulama berpendapat adanya nabi dari kalangan perempuan

Ilustrasi Muslimah. Sebagian ulama berpendapat adanya nabi dari kalangan perempuan
Foto:

Oleh : Prof KH Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal

Selain Maryam, putra Imran juga dikemukakan ibunda Isa, serta Asia, putra Muzahim yang juga menjadi istri Firaun diindikasikan pula sebagai nabi, mengingat intensifnya pemberitaan Alquran tentang figur ideal perempuan tersebut.

Istri Nabi Ibrahim diberi tahu melalui Jibril bahwa dirinya akan memperoleh anak (QS Hud [11]:71-73). Ibu Nabi Musa yang diperintahkan oleh Allah agar mele takkan anaknya di sungai dan diberi tahu bahwa anaknya nantinya akan menjadi nabi (QS al-Qashash [28]:7 dan QS Thaha [20]:38).

Penampakan

Ibn Arabi (638H/1240) mem punyai pengalaman rohani yang memandang perempuan lebih ber potensi untuk melakukan penampakan (tajalli/experience of teophany). Hal ini bisa kita lihat di dalam artikel-artikel terdahulu tentang pendapat Ibnu Arabi soal potensi khusus yang dimiliki kaum perempuan.

Sebagaimana para sufi lainnya, Ibnu Arabi memberikan penilaian khusus untuk perempuan sebagai pemilik jenis kelamin utama. Ia pernah mengatakan di depan para muridnya yang mayoritas laki-laki.

“Jika kalian ingin memperoleh kedekatan khusus kepada Allah SWT, kalian terlebih dahulu harus menjadi perempuan.” Kepasrahan total dan kesabaran paripurna yang dimiliki perempuan membuatnya mulia di mata-Nya.

Para filsuf, termasuk Fakhr ad- Din ar-Razi (606 H/ 1209 M), meng anggap perempuan tidak akan pernah menjadi nabi. Meskipun ada teks yang secara tegas menyatakan adanya pewahyuan terhadap perempuan.

Baca juga: Tempat Terendah di Bumi Lokasi Kekalahan Romawi dan Kebenaran Alquran yang Diakui Barat

Apa yang terjadi terhadap istri Nabi Musa, hal yang sama juga terjadi terhadap lebah madu, yang secara eksplisit juga menerima wahyu, wa auha Rabbuka ila annahl (QS an-Nahl [16]:68).

Menurut Ibn Hazm, yang dimak sud dengan kedua ayat tersebut ialah kerasulan laki-laki, tidak bisa dihubungkan dengan kenabian perempuan. Bagi Ibn Hazm, lain nabi lain rasul. Ibn Hazm mengakui tidak ada rasul perempuan, tetapi ia juga mengakui adanya nabi perempuan. Ibnu Hazm menganggap Maryam sebagai nabiyyah meskipun ia bukan sebagai Rasul.

 

Bagi kita, apakah Maryam itu Nabiyyah atau bukan tidaklah men jadi persoalan penting. Yang paling penting buat kita ialah Mar yam telah menjalankan misi spiritualnya yang teramat penting. Ia telah mengandung dan me lahirkan anak yang terkenal dengan Nabi Isa.      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement