REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pertanyaan mencuat terkait kedudukan wanita dalam Islam serta apakah Allah SWT juga mengutus nabi wanita? Merespons pertanyaan tersebut, dosen senior dan akademisi Islam di Institut Islam Toronto, Ontario, Kanada Sheikh Ahmad Kutty, mengatakan, tidak ada pernyataan hitam dan putih karena salah mengatakan bahwa tidak ada nabi perempuan.
“Akan tetapi, benar untuk dikatakan tidak ada utusan wanita (rasul) yang dikirim dengan dispensasi atau undang-undang baru atau ditugaskan untuk berkhutbah kepada masyarakat umum,” ujarnya dalam pernyataannya, dikutip di About Islam, Selasa (17/5).
Dalam pernyataan berbeda, menurut dia, masalah ini diperdebatkan di kalangan ulama. Mayoritas berpandangan tidak ada nabi perempuan, sementara minoritas mengatakan ada nabi perempuan.
Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh perbedaan cara mereka mendefinisikan istilah nabi dan rasul. Nabi secara umum dapat diartikan sebagai nabi dan rasul sebagai utusan.
Sementara itu, semua setuju Tuhan hanya memilih laki-laki sebagai utusan untuk menyatakan hukum atau dispensasi baru. Mereka semua setuju ada beberapa wanita yang menerima ilham atau komunikasi dari Tuhan. Di antara mereka adalah Maria, ibunda Nabi Isa, ibu Musa, Hajar, dan Sarah (keduanya istri Nabi Ibrahim).
“Allah berbicara kepada mereka melalui malaikat atau menyampaikan kabar gembira atau pesan kepada mereka. Namun, tidak satu pun dari mereka diutus untuk berdakwah, seperti yang kita temukan dalam kasus Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad, dan lainnya,” tuturnya.
Sementara itu, Ibn Hazm, al-Ashari, al-Qurtubi, Ibn Ashur berpandangan nubuwwah tidak hanya diperuntukkan bagi laki-laki. Diriwayatkan bahwa Imam Al-Ashari, salah satu pemimpin besar Ahlussunah, berkata, “Enam wanita diberkahi dengan karunia nubuwwah, termasuk Hawa, Sarah, Hajar, ibu Musa, Asiyah, dan Maryam (damai atas mereka semua).”
Menurut para ulama tersebut, nabi adalah orang yang menerima komunikasi, perintah, atau kabar baik dari Allah melalui malaikat. “Hanya orang Cordova pada masanya yang mempermasalahkan masalah ini. Dia mengutip tiga pandangan yang dipegang oleh mereka: Satu kelompok menolak untuk mengungkapkan pendapat, secara positif atau negatif tentang masalah ini,” ujar Ibn Hazm.
Adapun mereka yang menyangkal keberadaan nabi perempuan sama sekali, mereka mengutip ayat berikut: "Kami mengutus sebelum Anda (Muhammad,) hanya laki-laki sebagai utusan." Ibn Hazm membantah argumen dengan mengatakan, "Tidak ada bukti sedikit pun untuk mereka. Dalam ayat itu tidak ada yang membantah fakta bahwa tidak ada utusan perempuan"; masalahnya, bagaimanapun, hanya tentang nubuwwah. Ayat tersebut hanya merujuk pada risalah dan bukan nubuwwah.