REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kearifan yang diturunkan dari generasi pada dasarnya tidak berbeda antara satu sama lain, bahkan cenderung sama dan kokoh. Salah satunya tentang nilai-nilai kebajikan dan moralitas.
Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam bukunya Nashaih al-Ibad menceritakan kisah pemuda yang diberi tahu oleh nabinya tentang ilmu orang terdahulu dan orang yang akan datang (akhir zaman).
Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008, dijelaskan bahwa dalam sebuah riwayat diterangkan ada seorang pemuda dari Bani Israil hendak pergi menuntut ilmu ke luar negeri. Maka kabar tersebut terdengar dan sampai kepada nabi mereka pada saat itu.
Kemudian, seorang pemuda yang akan menuntut ilmu ke luar negeri itu dipanggil oleh nabi mereka. Setelah berhadapan dan bertemu, nabi itu berkata kepadanya:
"Wahai pemuda, sesungguhnya aku akan memberi nasihat kepadamu dengan tiga perkara, yang di dalamnya mengandung ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang (akhir zaman). Yaitu kamu harus takut kepada Allah SWT, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan di tempat umum. Jagalah lisanmu dari mengumpat sesama makhluk, jangan menceritakan kepada siapapun kecuali tentang kebaikannya. Telitilah rotimu (makanan) yang hendak kamu makan, sehingga kamu makan dari barang yang halal."
Setelah mendapat nasihat dari nabinya, pemuda itu mengurungkan niatnya untuk menuntut ilmu ke luar negeri.
Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko
Dalam kitab Nashaih al-Ibad juga dijelaskan keutamaan mencari ilmu dan balasan bagi orang yang berbuat maksiat.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata, "Barangsiapa yang mencari ilmu, maka surgalah yang akan didapatkannya. Barangsiapa yang mencari kemaksiatan maka nerakalah yang akan didapatkannya."
Maksudnya, orang yang disibukan dengan mencari ilmu agama dan dunia yang bermanfaat, maka hakikatnya ia telah mencari surga dan ridha Allah SWT. Sebaliknya orang yang disibukan dengan perbuaan maksiat maka pada hakikatnya ia ingin merasakan pedihnya azab neraka dan murka Allah SWT.