REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Luruskanlah niat terlebih dulu sebelum menuntut ilmu. Jangan sampai menuntut ilmu karena untuk bersaing mengalahkan orang lain, atau untuk berbangga-banggaan disebut orang berilmu atau 'alim. Jangan sampai menuntut ilmu dengan tujuan agar mendapatkan penghormatan, sanjungan orang lain. Dan jangan pula terbersit dalam hati, mencari ilmu untuk mengumpulkan harta dunia. Sebab niat-niat mencari ilmu seperti itu amatlah jelek.
Bahkan Syekh Al Imam, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali ath Thusi atau Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan bahwa mencari ilmu dengan tujuan seperti demikian sama dengan orang yang menuntut ilmu tersebut sedang berupaya menghancurkan agamanya sendiri, menjual akhiratnya untuk dunia. Dia memilih bagus dunianya tapi akhiratnya rusak. Maka sejatinya bagi orang yang mencari ilmu karena tujuan-tujuan demikian pastilah merugi juga dalam urusan dunianya.
فاعلم أيها الحريص المقبل على اقتباس العلم، المظهر من نفسه صدق الرغبة، وفرط التعطش إليه.. أنك إن كنت تقصد بطلب العلم المنافسة، والمباهاة، والتقدم على الأقران، واستمالة وجوه الناس إليك، وجمع حطام الدنيا؛ فأنت ساع في هدم دينك، وإهلاك نفسك، وبيع آخرتك بدنياك؛ فصفقتك خاسرة، وتجارتك بائرة،
"Ketahuilah wahai orang yang berkeinginan tinggi yang menghadap untuk memburu ilmu. Yang memperlihatkan dirinya dari benarnya keinginannya, dan sangat hausnya kepada ilmu, sesungguhnya bila kamu mencari ilmu tujuannya untuk bersaing, dan untuk bersombong-sombongan, dan ingin mendahului (melebihi) atas teman-teman, dan agar memalingkan wajah orang-orang kepadamu, dan tujuan mengumpulkan barang-barang dunia, maka (bila tujuan mencari ilmu karena itu semua) itu sama dengan merusak agama sendiri, dan merusak diri sendiri, dan menjual akhiratmu dengan duniamu. Maka akadmu pasti rugi, dan daganganmu pasti rusak,"
Lebih dari itu, seseorang yang menuntut ilmu dengan tujuan mencari dunia, untuk kesombongan, untuk mengalahkan orang lain, untuk dipuji manusia, maka kata Imam Al Ghazali orang tersebut sejatinya sama dengan menjerumuskan gurunya pada kemaksiatan. Ibarat seseorang yang menjual pedang pada begal, maka seorang guru juga ikut-ikutan terjerumus karena muridnya yang keliru dalam berniat mencari ilmu.
ومعلمك معين لك على عصيانك، وشريك لك في خسرانك، وهو كبائع سيف لقاطع طريق، كما قال صلى الله عليه وسلم: (من أعان على معصية ولو بشطر كلمة كان شريكا فيها) .
"Dan gurumu itu membantumu atas maksiatmu, dan gurumu menjadi sekutumu dalam kerugianmu, dan itu seperti menjual pedang kepada pembegal. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: barangsiapa yang membantu atas satu maksiat meskipun hanya separuh kata, maka dia sekutu dengan orang yang dibantu dalam kemaksiatan,"
Akan tetapi apabila seseorang dalam menuntut ilmu itu niatnya karena Allah SWT untuk mengharapkan hidayah atau petunjuk Allah SWT agar hidup dalam jalan yang lurus maka bagi orang tersebut kebahagiaan. Ia akan mendapatkan perlindungan Allah SWT.
وإن كانت نيتك وقصدك، بينك وبين الله تعالى، من طلب العلم: الهداية دون مجرد الرواية؛ فأبشر؛ فإن الملائكة تبسط لك أجنحتها إذا مشيت، وحيتان البحر تستغفر لك إذا سعيت
"Dan bila ada niat dan tujuanmu -antaramu dan Allah- dari mencari ilmu itu mendapat hidayah, tidak hanya menceritakan kepada orang lain, maka gembiralah kamu, karena sesungguhnya para malaikat itu membentangkan untukmu sayap-sayapnya ketika kamu berjalan dan ikan-ikan di lautan membacakan istighfar untukmu ketika kamu bergerak.