REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Akhlak yang baik harus ada pada diri seorang teman. Hal ini karena, banyak orang yang berakal yang mengetahui segala sesuatu dengan baik, akan tetapi ketika ia marah atau sedang sangat menginginkan sesuatu, atau ketika ia bakhil, atau ketika sedang berlaku bodoh, maka ia akan mengikuti hawa nafsunya dan berseberangan dengan apa yang telah ia ketahui.
Mengutip karya Imam al-Ghazali yang telah dialihbahasakan menjadi Bergaul ala Penghuni Surga dijelaskan hal tersebut terjadi karena ia tidak mampu menolak sifat buruk yang ada pada dirinya, dan tidak mampu melakukan akhlak yang baik yang ia ketahui. Jadi, bukanlah kebaikan menjadi teman orang seperti ini.
Sedangkan orang yang benar-benar fasik, maka tidak ada faedah yang diperoleh apabila berteman dengan orang tersebut. Hal ini karena orang yang takut kepada Allah SWT, ia tidak akan melakukan dosa besar.
Dan orang yang tidak takut kepada Allah SWT, ia tidak akan percaya akan datangnya bencana dan tidak yakin akan kebenaran datangnya bencana itu.
Namun hatinya akan selalu berubah-ubah sesuai dengan perubahan keinginan yang ada pada dirinya. Allah telah berfirman sebagai berikut:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرَن "Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami." (QS Al Kahfi ayat 28). Allah SWT juga berfirman:
فَلا يَصُدُنكَ عَنْها مَن لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَنهُ "Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan dari padanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya yang menyebabkan kamu jadi binasa." (QS Thaha ayat 16). Allah SWT juga berfirman:
فَأَعْرِضْ عَن مَّن تَوَلَّى عَن ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَوةَ الدُّنْيَا "Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi." (QS An Najm ayat 29). Allah SWT juga berfirman:
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَتَابَ إِلَى "Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku." (QS Luqman ayat 15)
Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat dipahami akan adanya perintah untuk menjauhkan diri dari orang fasik.
Bertemanlah dengan orang yang apabila kamu melakukan kebaikan, maka ia mau mengikutinya, dan jika ia melihat kamu berbuat baik, maka ia menganggapnya suatu kebaikan, jika ia melihat keburukan pada dirimu, maka ia menutupinya.
Bertemanlah dengan orang yang jika kamu meminta (pertolongan) kepadanya, maka ia akan memberi. Jika kamu terdiam darinya, maka ia akan menunjukkan kamu, dan jika kamu terkena satu musibah ia akan menolongmu.
Bertemanlah dengan orang yang jika kamu berbicara, maka ia akan membenarkan perkataanmu, jika kamu berdua memindahkan sesuatu, maka ia akan membantumu, dan jika kamu berdua berselisih, maka ia akan menasehatimu.
Dan disyaratkan kepada seseorang yang berteman untuk selalu mengikuti dan melaksanakan semua hak berteman tersebut di atas.
Sebagian ahli Adab berkata, “Janganlah kamu berteman dengan orang kecuali yang dapat menyimpan rahasiamu, yang dapat menutupi aib dan cacatmu, ia mau bersama kamu dalam keadaan sedih dan dapat berpengaruh baik padamu dalam keadaan senang. la mau menyebarkan kebaikanmu dan juga mau menghapus kekhilafan kamu.
Jika kamu tidak dapat menemukan orang seperti ini, maka janganlah kamu berteman kecuali dengan diri kamu sendiri.”
Dalam sebuah syair, diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dia pernah berpesan sebagai berikut ini:
إِنَّ اَخاكَ الحَقّ مَن كانَ مَعَك وَمَن يَضِرُّ نَفسَهُ لِيَنفَعَك وَمَن إِذا ريبَ الزَمانُ صَدَعَك شَتَّتَ فيكَ شَملَهُ لِيَجمَعَك
"Sesungguhnya yang benar-benar bisa menjadi teman kamu adalah orang yang selalu bersama kamu dan orang yang mengorbankan dirinya hanya untuk memberi manfaat padamu."
"Dan orang yang jika kamu berada pada kondisi bercerai-berai, maka ia akan mencampakkan semua aktifitasnya hanya untuk bergabung bersama kamu (menolong dan menghibur kamu)."
Sebagian ulama berkata, “Janganlah berteman kecuali dengan salah satu dari dua orang berikut, Seseorang yang mana kamu bisa belajar urusan agamamu padanya dan ia juga bisa memberi manfaat padamu, dan seseorang yang belajar kepadamu tentang urusan agamanya dan ia mau menerima kamu. Manakala yang ketiga, maka berlarilah kamu darinya.”