Kamis 15 Jun 2023 14:18 WIB

Pilihlah Sahabat yang tidak Selalu Mengikuti Hawa Nafsu

Orang yang alim tapi memperturuti hawa nafsunya maka tidak berguna ilmunya.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Pilihlah Sahabat yang Tidak Selalu Mengikuti Hawa Nafsu. Foto: Ilustrasi Salam-Salaman
Foto: Foto : MgRol_92
Pilihlah Sahabat yang Tidak Selalu Mengikuti Hawa Nafsu. Foto: Ilustrasi Salam-Salaman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, memberikan ceramah di Masjid Istiqlal dan disiarkan daring beberapa waktu lalu di channel Youtube akun Masjid Istiqlal.

Dalam ceramah tersebut menjelaskan dalam kitab Al Hikam yang ditulis Ibnu Atha'illah As Sakandari bahwa bersahabat dengan orang-orang jahil, tetapi tidak memperturutkan hawa nafsunya itu lebih baik daripada bersahabat dengan orang alim, tapi memperturutkan hawa nafsunya.

Baca Juga

Menurut Prof. Nasaruddin, orang yang alim, tapi memperturuti hawa nafsunya, tidak berguna ilmunya dan justru hanya akan menjerumuskannya serta orang-orang di sekelilingnya ke dalam kemudharatan. Sementara orang yang bodoh, meskipun hanya memahami dasar-dasar dalam agama, mampu menjaga dirinya dari hawa nafsu justru akan mengantarkan dirinya dan orang-orang di sekelilingnya pada keselamatan.

Tidak semua alim itu baik, tapi tidak semua orang bodoh itu juga buruk. Baik dan buruknya seseorang itu menurut Ibnu Atha'illah tidak semata-mata ditentukan oleh dalam atau dangkalnya ilmu pengetahuan mereka. Mungkin ada orang amat pintar, sangat cerdas, titelnya banyak, tetapi ia masih didikte oleh hawa nafsunya. Selalu memperturutkan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya menurut Ibnu Atha'illah, ulama, atau ilmuwan seperti itu tidak lebih baik daripada orang bodoh. Sedang orang bodoh itu mengendalikan nafsunya," kata Prof Nasaruddin Umar.

Prof. Nasaruddin mencontohkan seseorang yang tidak tamat sekolah dasar, tapi mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak terbawa nafsu, tidak melakukan maksiat pada saat Allah, tidak meninggalkan kewajibannya sebagai hamba, sejatinya orang tersebut lebih baik dari ilmuwan besar yang menuruti hawa nafsunya. Prof Nasaruddin juga menjelaskan bahwa termasuk dari tanda orang berilmu yang memperturuti hawa nafsu adalah mengeluarkan semua yang ada di kepalanya tanpa memedulikan kondisi dan perasaan orang lain sehingga ucapannya itu justru menyakiti orang lain.

Prof. Nasaruddin pun mengingatkan bahwa menjadi orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya itu lebih baik dari orang pintar yang mengikuti hawa nafsunya. Karena yang paling banyak menipu itu orang pintar dan tak sedikit orang bodoh yang jujur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement