Rabu 10 May 2023 13:36 WIB

Urwah bin Az-Zubair, Puasa Sepanjang Masa Kecuali pada Hari Raya

Urwah bin az-Zubair rahimahullah merupakan orang yang terpelajar

Rep: Rossi Handayani/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi ngaji mempelajari kisah sahabat.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi ngaji mempelajari kisah sahabat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh tabiin Urwah bin Az-Zubair merupakan seorang ahli ibadah yang khusyuk. Beliau orang yang tepercaya dan kuat dalam bidang hadits dan periwayatannya. Dia banyak meriwayatkan hadits, ahli fikih, dan ahli ilmu.

Dikutip dari buku Kisah Para Tabiin oleh Syaikh Abdul Mun'im Al-Hasyimi, Urwah rahimahullah merupakan orang yang terpelajar, tepercaya, saleh, dan tidak pernah tergelincir ke dalam fitnah sama sekali.

Baca Juga

Laki-laki ini berbicara sedikit tentang dirinya, padahal dia tidak suka menyebutkan sedikit pun pujian terhadap dirinya sendiri, namun di sini dia berbicara di depan muridnya yang cerdas, Ibnu Syihab Az-Zuhri, “Saat aku masih kecil, aku memiliki dua jambul, kemudian aku berdiri untuk melaksanakan shalat dua rakaat setelah shalat Ashar, lalu pada saat aku rukuk Ibnu ‘Amar melihatku dan dia sedang memegang tongkat, ketika aku melihatnya maka aku pun melarikan diri darinya, namun kemudian dia menemukan aku, lalu dia menarik kedua jambulku dan melarangku, maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan mengulanginya lagi’.”

Urwah bin Az-Zubair telah menyatukan antara ilmu dan amal, sehingga ibadahnya pun sesuai dengan ilmu fikih yang dikuasainya. Dia banyak berpuasa pada siang hari meskipun cuaca sangat panas.

Hisyam putranya bercerita tentang dirinya, “Sesungguhnya ayahku berpuasa sepanjang masa, kecuali pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, dan dia meninggal dunia dalam keadaan berpuasa.”

Urwah rahimahullah banyak melaksanakan shalat di kegelapan malam dan lisannya senantiasa dibasahi dengan berzikir kepada Allah Azza wa Jalla, Dia pun selalu dekat dengan kitab Allah Azza wa Jalla dan tidak pernah meninggalkan bacaannya. Dia membaca seperempat dari Alquran setiap siang sambil melihat mushaf, kemudian membacanya di dalam shalat malam dengan hafalan.\' Itulah dia, seseorang yang memiliki ikatan kuat dengan kitab Allah, Urwah bin Az-Zubair yang merupakan ahli fikih Madinah dan salah seorang syekh di antara tujuh orang syekh Madinah.

Urwah rahimahullah menemukan ketenangannya di dalam shalat, sehingga shalat telah menjadi kekasihnya dan kecintaannya yang terbesar di muka bumi ini. Maka dia pun melaksanakannya dengan benar-benar sempurna dan memanjangkan shalatnya dalam waktu yang benar-benar lama.

Dia pernah mengatakan kalimat yang benar dan nasihat keimanan kepada saudaranya di dalam Islam ketika dia melihat orang itu melaksanakan shalat dengan sangat cepat, dia menunggu sampai orang itu selesai dari shalatnya, lalu dia menemuinya seraya berkata, “Wahai putra saudaraku, apakah engkau tidak memerlukan apapun dari Allah Azza wa Jalla ?! Demi Allah sesungguhnya aku meminta segala sesuatu kepada Allah Azza wa Jalla di dalam shalatku, sampai urusan garam sekalipun.”

Dia pun pernah berkata kepada putranya, Hisyam, “Bisa jadi, sedikit kehinaan yang aku terima dengan kesabaran akan mendatangkan kemuliaan yang berkepanjangan.”

Sekiranya kita merenungkan ungkapan-ungkapan Urwah tersebut, maka kita pasti mendapatkan kalimat itu keluar dari seorang ahli fikih yan berilmu, seorang sastrawan yang berpengaruh, dan seorang laki-laki yang saleh dan bertakwa. Ketika dia mengatakan, “Aku tidak pernah mengatakan sama sekali kepada seseorang tentang suatu perkara yang berkaitan dengan ilmu yang tidak mungkin dia pahami, kecuali hal itu akan menjerumuskannya ke dalam kesesatan.” Maka pada saat itu dia sedang membentuk suatu kaidah yang luas.

Bukankah di dalam ungkapan itu tersimpan sebaik-baik hikmah dan seindah-indah perkataan dari orang bijak

وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا

“Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak.” (Al-Baqarah: 269)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement