REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pertanyaan yang sering muncul ketika puasa Syawal biasanya haruskah puasa Syawal berurutan dan langsung setelah lebaran.
Mengutip buku Yang Harus Diketahui dari Puasa Syawal Tulisan Ahmad Zarkasih bahwa jawaban pertanyaan itu adalah tidak. Karena memang teks hadits yang menyebutkan itu tidak memberikan tambahan adanya tatabbu'an atau berurutan.
Teks hadits yang ada sifatnya mutlak begitu saja. Karenanya tidak harus berurutan, boleh dikerjakan secara terpisah yang penting masih di bulan syawal.
Lagi juga, keutamaan puasa setahun itu sebanyak jumlah harinya yakni 30 hari Ramadhan sama dengan 300 hari, dan 6 hari syawal sama dengan 60 hari. Dan keutamaan ini bisa didapatkan walaupun tidak berurutan.
Itu juga yang dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam) kitabnya Syarhu al-Nawawi li-Muslim (8/56):
وَالْأَفْضَلَ أَنْ تُصَامَ السَّنَّةُ مُتَوَالِيَةٌ عَقِبَ يَوْمِ الْفِطْرِ فَإِنْ طريقتها أو اعترافا من أوائل الشوالي إلى أواخره خصلت
فضيلة الشيعة بأنه يصدق أنه أتبعه ستا من شوال
Afdhalnya, puasa enam hari syawal dilakukan secara berurutan dan menyambung setelah hari Idul Fitri, jika terpisah, atau diakhirkan dari awal syawal sampai akhir syawal, itu juga masih bisa mendapatkan pahala karena itu juga masih disebut enam hari syawal.