REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seperti diketahui, Rasulullah SAW memiliki istri lebih dari satu. Khadijah binti Khuwalif adalah wanita pertama yang dinikahi oleh Rasulullah SAW. Selama Khadijah masih hidup, Rasulullah tidak pernah menikah lagi dengan wanita lain.
Dalam buku “Sang Nabi: Mengungkap Fakta Kenabian, Perang dan Poligami” karya Muhammad Adnan Abdullah dijelaskan, selama 25 tahun berumah tangga dengan Khadijah, Rasulullah tidak pernah menikah lagi. Setelah sang istri tercinta wafat, berulah Rasulullah SAW menikah lagi.
Wanita kedua yang dinikahi Rasulullah sepeninggal Khadijah adalah Saudah binti Zam’ah RA. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya Sakran bin Amru RA yang juga merupakan sahabat Nabi. Motif Rasulullah menikahinya tidak lain adalah mengangkat harkat dan martabat Saudah, sekaligus untuk melindunginya dari perlakuan kasar dari keluarganya sendiri setelah dia masuk Islam.
Lalu, wanita ketiga yang dinikahi Rasulullah adalah Aisyah binti Abu Bakar RA, yang merupakan putri Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra. Tujuannya adalah untuk untuk memberikan penghargaan kepada Abu Bakar dengan menjadikannya mertua Rasulullah. Aisyah menjadi satu-satunya istri Rasulullah yang masih perawan ketika dinikahi beliau.
Wanita keempat yang dinikahi Rasulullah SAW adalah Hafshah binti Umar Ra dan yang kelima adalah Zainab binti Khuzaimah. Lalu yang kenam, Hindun binti Hudzaifa atau Ummu Salamah. Sedangkan wanita ketujuh yang dinikahi Rasulullah adalah Juwairiyah binti al-Harits.
Selanjutnya, wanita kesembilan yang dinikahi Rasulullah SAW adalah Ramlah binti Abu Sufyan atau Ummu Habibah. Istri nabi yang kesepuluh adalah Raihanah binti Zaid dan istri nabi yang kesebelas adalah Shafiyah binti Huyay.
Wanita keduabelas yang dinikahi Rasulullah adalah Maimunah binti al-Hari. Sedangkan istri nabi yang terakhir adalah Maria binti Syama’un atau Mariyah al-Qibthiyah, seorang budak beragama Kristen Koptik. Rasulullah menikahinya untuk mengangkat harkat dan martabatnya.
Istri-istri nabi yang dinikahi di atas hampir semuanya janda. Bahkan, ada yang merupakan budak atau tawanan perang, kecuali Aisyah binti Abu Bakar. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa tujuan Rasulullah menikahi mereka, bukanlah dilandasi oleh hawa nafsu, seperti yang selama ini dituduhkan oleh para pembenci Islam.
“Akan tetapi semata untuk melindungi, serta mengangkat harkat dan martabat mereka. Adapun Aisyah dinikahi untuk memberikan penghargaan kepada Abu Bakar,” jelas Muhammad Adnan.