REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu faktor yang menimbulkan hadas bagi orang yang suci adalah keluarnya kotoran dari dua jalan yakni qubul dan dubur. Karena kotoran yang keluar merupakan najis, maka faktor ini memiliki adab-adab yang dianjurkan untuk dipelihara agar seorang Muslim tetap dalam kesucian yang sempurna.
Abdul Qadhir Muhammad Manshur dalam buku Panduan Sholat An-Nisaa menjelaskan, di antara adab-adab buang hajat ada yang dianjurkan dan ada pula yang diwajibkan. Selain itu, ada pula perkara-perkara yang diharamkan atau dimakruhkan.
Berikut adalah sembilan adab buang hajat yang dianjurkan Rasulullah SAW dan merupakan bagian dari sunnah:
Pertama, membaca doa ketika masuk ke kamar mandi. Lafaznya sebagai berikut:
بسم الله اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث "Bismillahi allahumma inni audzubika minal-khubtsi wal-khobaits."
Yang artinya, "Dengan nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan."
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda sebagai berikut ini tentang doa hendak buang hajat:
أنْ يَقُولَ الرَّجُلُ المُسْلِمُ إذَا أرَاد أنْ يَطْرَحَ ثِيابَهُ: بِسْمِ اللَّهِ الذي لا إِلهَ إلاَّ هُوَ
"An yaqularrajulul-muslimu idza aroda an yathroha tsiyabahu, bismillahilladzi laa ilaha illa huwa."
Yang artinya: "Ketika hendak menanggalkan pakaian, hendaklah seorang Muslim mengucapkan, 'Bismillahilladzi laa ilaha illa huwa/dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia."
Kedua, mendahulukan kaki kiri atas kaki kanan saat masuk kamar mandi. Karena menuju tempat yang tidak mulia. Secara umum Rasulullah SAW mengajarkan untuk mendahulukan yang kanan dalam semua yang mulia dan mendahulukan yang kiri dalam semua yang tidak mulia.
Ketiga, menjauh dari pandangan ketika berada di tanah lapang. Jabir berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan. Dan Rasulullah SAW tidak membuang hajat kecuali beliau menjauh sampai tidak terlihat."
Keempat, tidak mengangkat pakaian sampai dekat dengan tanah. Anas berkata, "Apabila Nabi Muhammad SAW ingin membuang hajat, beliau tidak mengangkat pakaian beliau sampai dekat dengan tanah."
Kelima, duduk dengan bersandar pada sisi kiri. Yang demikian itu lebih memudahkan keluarnya kotoran. Surraqah bin Ju'syum berkata, "Rasulullah SAW mengajarkan kami apabila seorang dari kami memasuki kamar kecil, untuk bersandar pada sisi kiri dan menegakkan sisi kanan."
Keenam, menjauhi tempat-tempat yang keras agar tidak terkena percikan air kencing. Abu Musa berkata, "Aku bersama Rasulullah SAW pada suatu hari. Tiba-tiba beliau ingin kencing. Beliau pun mendatangi tanah yang lunak di bawah tembok dan kencing di sana. Kemudian Nabi bersabda:
إِذَا أَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يَبُولَ فَلْيَرْتَدْ لِبَوْلِهِ مَوْضِعًا "Idza aroda ahadukum an yabula falyartad libaulihi maudhi'an."
Yang artinya, "Apabila seseorang dari kalian ingin kencing maka hendaklah ia memilih tempat untuk kencingnya."
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Ketujuh, setelah membuang hajat, maka keluar dengan kaki kanan sambil mengucapkan doa. Berikut lafaznya:
غُفْرَانَكَ الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَذْهَبَ عَنِّى اْلاَذَى وَعَافَانِىْ "Ghufronaka alhamdulillahilladzi adzhaba anil-adza wa afani."
Yang artinya, "(Aku memohon) ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran dari perutku dan menyehatkanku."
Kedelapan, membasuh dua tangan dengan air dan sabun setelah keluar dari kamar kecil. Abu Hurairah berkata, "Apabila Nabi Muhammad SAW mendatangi kamar kecil, aku memberikan air dalam sebuah bejana kepada beliau. Beliau pun beristinja lalu mengusapkan tangan beliau pada tanah. Kemudian aku memberikan bejana yang lain kepada beliau. Beliau pun berwudhu."
Kesembilan, menutupi kepala saat masuk. Habib bin Shalih berkata, "Apabila Rasulullah SAW hendak memasuki kamar kecil, beliau memakai sepatu beliau dan menutupi kepala beliau."