Selasa 13 Sep 2022 19:50 WIB

Rihlah Ibnu Jubair Gambarkan Dunia Mediterania Timur

Rihlah Ibnu Jubair ungkap kerumitan interaksi antara peradaban Timur dan Barat

Rihlah Ibnu Jubair (Ilustrasi)
Foto:

Pada 1145 M, terjadilah Perang Salib kedua. Pada tahun yang sama, Ibnu Jubair juga lahir ke dunia ini dan terjadilah konflik dua peradaban tersebut. Namun, Ibnu Jubair justru membuat cerita yang dapat diakses oleh semua orang, misalnya dengan memberikan tanggal Islam dan Kristen untuk berbagai catatan perjalanannya.

Ibnu Jubair mungkin juga senang jika mengetahui manuskripnya pertama kali diedit dan diterbitkan oleh orang Barat. Salinan manuskripnya pertama kali diketahui ada di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Sejak saat itu, manuskrip Ibnu Jubair banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Rusia, Persia, Urdu, Italia, Prancis, Inggris, Spanyol, dan Catalan. Menurut pengamatan Ibnu Jubair, orang Kristen dan Muslim, selain bertemu di medan pertempuran, keduanya juga bertemu dalam prosesi pernikahan.

Ibnu Jubair juga sangat mengapresiasi kapal-kapal Eropa yang membawa peziarah Muslim ke tempat-tempat suci mereka, sehingga tidak diganggu orang-orang kafir yang militan. Ibnu Jubair benar-benar memuji komunitas Kristen yang berkembang di negeri Islam dan komunitas Muslim yang berkem bang di negeri Kristen.

Ibnu Jubair dididik di bawah Dinasti Almohad, yang misinya adalah untuk mereformasi dan menghidupkan kembali Islam. Dinasti ini menganut ajaran tauhid yang cukup keras. Ibnu Jubair tidak banyak berkomentar tentang kota atau kemerdekaan Baghdad.

Dia hanya bercerita tentang masa keemasan di bawah Khalifah Harun al-Rashid empat abad sebelumnya. "Sebagian besar jejaknya telah hilang, hanya menyisakan nama yang terkenal," kata Ibnu Jubair

Dalam catatannya, Ibnu Jubair lebih fokus pada ibu kota multikuktural yang baru dan berkembang, yaitu Kota Palermo, Italia. Dia menggambarkan Palermo sebagai kota yang penuh dengan kekayaan, kemegahan, dan keanggunan. Kata-kata itu jarang ia gunakan di Arab.

 

Selain itu, kota ini juga memiliki piza yang lezat dan istana yang menjulang tinggi. Itulah cerita tentang Ibnu Jubair, seorang pengelana yang konon senantiasa merindukan kampung halamannya.

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement