Siapa pun dalam situasinya mungkin bertanya-tanya bagaimana seorang ayah dapat meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan seperti itu, atau menuntut agar dia meninggalkan bekal yang cukup untuk mereka. Namun, Asma tidak menunjukkan sedikit pun indikasi kekhawatiran atau ketakutan. Sebaliknya, tindakannya mencerminkan kedalaman iman dan kepercayaannya kepada Allah.
Bahkan, setelah kepergian mereka, kakek Asma yang buta, Abu Quhafah, mengunjunginya. Dia telah mendengar bahwa putranya telah beremigrasi, dan bahwa dia telah membawa semua uangnya bersamanya. Dia bertanya kepada Asma apakah benar dia telah meninggalkan mereka dan membiarkan mereka tanpa uang.
Karena kakeknya adalah seorang kafir, dia tidak dapat memahami bahwa bagi Asma dan saudara-saudaranya, berkorban demi Allah adalah suatu kehormatan. Iman mereka kepada Allah akan mencukupi mereka.
"Tidak, sebenarnya, dia telah meninggalkan kita banyak kebaikan!" kata Asma.
Untuk meyakinkannya bahwa mereka tidak dibiarkan tanpa bekal, dia mengambil beberapa kerikil yang menyerupai dinar dan memasukkannya ke dalam pot yang ditutup dengan kain dan membimbing tangannya ke pot, sehingga dia akan percaya bahwa itu penuh dengan uang dan yakin putranya tidak mengabaikan mereka (Al-Dhahabi 523).
Pencarian Nabi Muhammad
Orang-orang kafir menunggu sepanjang malam di luar rumah Nabi SAW untuk melaksanakan rencana mereka untuk membunuhnya. Namun, dia sudah pergi dalam perjalanannya, dan baru setelah matahari terbit mereka menyadari bahwa dia telah melarikan diri dari mereka.
Abu Jahal, pemimpin orang-orang kafir, dengan cepat menuju rumah Abu Bakar, tidak menyadari bahwa dia juga telah pergi. Dia menggedor pintu dengan marah, dan ketika Asma menjawab, dia menuntut untuk mengetahui di mana ayahnya berada. Dia dengan tenang menjawab:
"Bagaimana saya tahu?"