Kamis 24 Feb 2022 19:45 WIB

Raden Aria Wasangkara Ulama Pendiri Tangerang (II)

Oleh raja Banten, Wangsakara diberi gelar baru, yakni Kiai Mas Haji.

Suasana kosong di tempat wisata religi Kompleks Masjid Kesultanan Banten di Kasemen, Serang, Banten, Ahad (4/7/2021). Pemprov Banten menutup sementara sejumlah objek wisata selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat tanggal 3 - 20 Juli akibat tingginya angka penularan COVID-19 yang terjadi di hampir semua kabupaten/kota kecuali di Kabupaten Pandeglang.
Foto:

Akan tetapi, Syarif Makkah bersikukuh.Sebab, dirinya melihat adanya kesungguhan utusan Banten dalam mengikuti jejak Rasul SAW. Dengan mencium kaki pemimpin Kota Suci itu, Aria Wangsakara dan rombongan pamit. Setelah menem puh perjalanan beberapa bulan, tibalah para duta ini. Sultan Banten menyambut mereka dengan penuh suka cita. Oleh raja Banten tersebut, Wangsakara diberi gelar baru, yakni Kiai Mas Haji.

Pada 1651, Ageng Tirtayasa naik takhta menjadi penguasa Kesultanan Banten. Sultan keenam dalam sejarah Banten itu lalu mengangkat Kiai Mas Haji Wangsakara sebagai Imam. Menurut Ali, pemberian gelar itu menandakan tingginya reputasi keilmuan sang ulama di mata elite istana.

Salah satu permintaan Sultan Ageng Tirtayasa kepada Imam Aria Wangsakara ialah penjelasan atas konsep tasawuf. Bahkan, sejak zaman Sultan Abdulmafakhir, perihal wujudiah sudah menjadi polemik, tidak hanya di Banten, tetapi juga Kesultan n Aceh. Kakek Ageng Tirtayasa itu pernah mengundang dua pemikir besar dari Tanah Melayu, Hamzah Fansuri dan Nuruddin ar-Raniri, ke Banten guna mengulas wujudiah. 

 

Tirtayasa meminta Imam Wangsakara untuk menemui Syarif Zaid Makkah demi mendapatkan keterangan tentang wujudiah, marqum, dan muntahi. Menurut Ali, Wangsa kara patut diduga telah menyalin dan menerjmahkan kitab Insan Kamiilke dalam bahasa Jawa-Banten.

Kitab itu membahas tasawuf karya Syekh Abdul Karim al-Jilli (wafat 1428 M), yang juga pengikut Ibnu Arabi. Dan, hasil terjemahan Wangsakara itu menjadi kajian di Kesultanan Banten. Kini, lanjut Ali, buku setebal 1.703 halaman itu tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement