Jumat 28 Jan 2022 11:06 WIB

Jejak Baru Islam di Selandia Baru

Jumlah Muslim dari luar Selandia Baru mengalami peningkatan pada 1980-an.

Masjid Al Noor di Selandia Baru. Jejak Baru Islam di Selandia Baru
Foto:

Catatan tertulis pertama tentang kehadiran Muslim di Selandia Baru berasal dari sebuah laporan sensus dari tahun 1874. Menurut Erich Kolig dalam New Zealand’s Muslims and Multiculturalism (2010), Muslim di sana tidak disebut sebagai Muslim, melainkan ‘Mohamatans’ atau ‘Mahometans’. Pada tahun itu, jumlah Muslim di Selandia Baru ialah 17 orang dan berjenis kelamin laki-laki. Dari sensus itu diketahui juga bahwa 15 orang di antaranya ialah orang-orang Cina yang saat itu bekerja di berbagai tambang emas di Otago.

Akan tetapi, hanya itu data yang tersedia tentang Muslim generasi awal itu. Mereka juga tidak meninggalkan warisan yang bisa menjadi petunjuk tentang peranan mereka dalam penyiaran Islam di Selandia Baru, misalnya dalam bentuk organisasi ataupun tempat ibadah. Juga tidak ada dokumen atau bukti lain mengenai apakah mereka membangun keluarga dan menurunkan ajaran Islam kepada anak-anaknya.

Menurut dokumen lain yang tersedia, artefak pertama yang menandai kehadiran Muslim di Selandia Baru berasal dari tahun 1888. Bukti arkeologis dipakai untuk menandai kehadiran komunitas baru di suatu kawasan.

Di Indonesia, misalnya, makam Fatimah binti Maimun (wafat tahun 1082) di Leran, Gresik, Jawa Timur, diyakini sebagai tanda kehadiran suatu komunitas Muslim di bagian timur Pulau Jawa setidaknya sejak awal abad ke-11. Di Selandia Baru, makam Muslim pertama yang disebut di dalam arsip setempat ialah kuburan seorang pelaut Muslim asal Jawa yang bernama Mohamed Dan.

Dari nama dan profesinya, tampaknya ia berasal dari bagian pesisir Jawa yang kuat keislamannya dan terbiasa dengan pelayaran jarak jauh. Mohamed Dan meninggal di Dunedin (kini merupakan kota terbesar di wilayah Otago) pada tahun 1888.

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement