Ia terlahir dari kelemahan dan kemalasan, lalu melahirkan penyesalan. Ketika orang yang berangan-angan tidak dapat menerima kenyataan yang dihadapinya, dia pun memindahkan gambarannya ke dalam hati, dan memegangnya erat-erat. Ia merasa puas dengan gambaran kosong hasil khayalan yang diciptakan bisikan jiwanya.
Sikap seperti itu sama sekali tidak berguna untuknya. Ia seperti orang lapar dan haus yang membayangkan adanya makanan dan minuman, padahal dia sendiri tidak makan dan tidak minum. Perbuatan tersebut menunjukkan kerendahan dan kelemahan jiwa.
Sesungguhnya kemuliaan, kesucian, kebersihan, dan ketinggian jiwa didapat dengan menghilangkan setiap bisikan jiwa yang tidak ada hakikatnya. Dan melarang bisikan itu melintas dalam pikirannya sekaligus membencinya.
Selanjutnya, bisikan jiwa selalu berkisar antara empat pokok:
1. Bisikan-bisikan untuk mendapatkan kemaslahatan dunia.
2. Bisikan-bisikan untuk menolak bahaya di dunia.
3. Bisikan-bisikan untuk mendapatkan kemaslahatan akhirat.
4. Bisikan-bisikan untuk menolak bahaya di akhirat.
Hendaklah seorang hamba mengarahkan bisikan, pikiran dan keinginannya hanya untuk empat perkara di atas. Mana saja yang bisa dicapai dipegang, jangan sampai terabaikan. Jika terdapat benturan antara satu dengan yang lain yang disebabkan perbedaan keutamaan, maka didahulukan perkara yang paling penting, yang dikhawatirkan hilang, serta menunda selainnya.