Kamis 15 Jul 2021 14:30 WIB

Mengendalikan Hawa Nafsu

Mengendalikan Hawa Nafsu.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Mengendalikan Hawa Nafsu. Foto:  Hawa nafsu (ilustrasi).
Foto: Antara
Mengendalikan Hawa Nafsu. Foto: Hawa nafsu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Mengendalikan hawa nafsu memang memerlukan perjuangan riyadhoh yang amat berat. Sebab orang yang mampu berbuat seperti itu kalau seumpama orang yang sedang berperang melawan musuh kuat yang seimbang dengan dirinya. 

"Karena sebenarnya musuh yang sedang diperangi seakan-akan dirinya sendiri," kata Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani dalam bukunya 'hamba-hamba yang selamat dari tipu daya musuhnya'.

Baca Juga

Itu sebabnya dalam pertempuran tersebut terlihat keadaan banyak serinya dibandingkan kalah menangnya. Di sinilah manusia masih banyak toleransinya terhadap dirinya ketimbang menyalahkan atau mengusir keinginan keinginan nafsu dan selalu larut dalam kenikmatan mengenai makanan atau kesenangan lainnya.

"Sesungguhnya akan mengakibatkan kemudharatan pada dirinya," katanya.

Menuruti hawa nafsu bisa mengalihkan raja menjadi seorang hamba dan seorang hamba yang sabar bisa menjadikan seorang raja. Tidak kah ingat kisah Yusuf dan Julaikah, setelah itu ia sabar dengan penderiannya yang cukup lama akhirnya ia menjadi raja Mesir. 

Sementara julaikah sendiri mengalami penderitaan akibat menanggung cinta yang amat dalam terhadap Yusuf. Sampai kemudian ia menjadi hina, rendah bahkan matanya menjadi buta.

"Padahal tadinya Ia adalah wanita cantik lagi tomat sebagai istri pembesar kerajaan," katanya.

Para sahabat ketika pulang dari melawan orang-orang kafir, mereka berkata, "kita kembali dari perang kecil menuju perang besar." Melawan hawa nafsu dan syaitan merupakan perang besar.

Sebab, perang tersebut terjadi pada setiap waktu dan detik tanpa mengenal usai dan musuhnya pun tak kelihatan. Sementara perang dengan orang-orang kafir hanya sewaktu-waktu saja kemah itu pun musuhnya kelihatan.

Perang melawan setan, setan sendiri memiliki bala tentara dari luar maupun dalam diri kita. Sedangkan orang kafir tidak memilik pembantu di dalam diri kita. 

Orang kafir dapat dibunuh ke Mas sementara setan tidak dengan mudah. Jika setan berhasil membunuh kita dalam arti menggelincirkan kita ke lembah kemusyrikan maka kita mendapat celaka, yaitu siksa yang kekal dari Allah SWT. Sementara orang kafir yang membunuh kita maka kita akan memperoleh surga dengan gelar syuhada.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement