Mengingat pengetahuannya yang luas soal geografi dan kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah, ada pula penguasa lokal yang secara sengaja mendekati Ibnu Batutah demi mengetahui cerita-cerita menarik tentang petualangannya. Tapi, kekayaan informasi yang ada di Rihlah tidak senantiasa mudah didapatkan.
Pejalanannya berkali-kali terinterupsi oleh cuaca buruk, kapal tenggelam hingga perompakan. Tak hanya itu, sebagaimana ia utarakan dalam Rihlah, ada kalanya ia merasa kesepian di dalam perjalanan, terutama di lokasi yang baru pertama kali ia datangi. Bertemu dengan orang baru yang ramahlah yang kemudian membuatnya bisa kembali ceria dan bisa melanjutkan perjalanannya.
Pembaca kitab Rihlah ini tak hanya di kampung halaman Ibnu Batutah saja, melainkan juga di Dunia Barat. Terjemahan pertama Rihlah yang utuh dibuat dalam bahasa Prancis antara tahun 1853 dan 1858.
Adalah C. Defremery dan B.R. Sanguinetti, di bawah pengawasan Societe Asiatique, yang menerjemahkan dan menerbitkannya. Versi bahasa Inggrisnya, khususnya untuk bagian penjelasan tentang Bengal (India) dan Cina, diterjemahkan oleh Sir Henry Yule, dan diterbitkan oleh Hakluyt Society pada tahun 1866.
Terjemahan volume-volume lainnya dalam bahasa Inggris terbit dalam beberapa dekade kemudian, mulai dari antara 1958 dan 1971, 1994 dan 2000. Kitab ini diakui oleh banyak pihak tak hanya sebagai dokumentasi pribadi penulisnya ke tempat-tempat baru yang ia datangi. Lebih jauh dari itu, para pembaca bisa menemukan banyak cerita tentang manusia, budaya dan dinamika sosial-politik yang unik di berbagai wilayah di Dunia Islam, mulai dari Afrika Utara, Dunia Arab, Asia Tengah, hingga Asia Tenggara.
Sumber: Majalah SM Edisi 1 Tahun 2019