REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Selama ini kita mungkin hanya mengenal nama-nama penjelajah Barat seperti Marco Polo, Ferdinand Magellan, Vasco da Gama, Columbus dan lain-lain yang telah mencantumkan namanya dalam sejarah penjelajahan samudera dan lautan.
Namun, guru-guru kita waktu kecil sangat jarang menceritakan tentang penjelajah muslim, seperti Ibnu Batutah, Ibnu Majid, Syamsuddin Abu Abdullah al-Moqaddasi, Ibnu Fudhlan, Ibnu Jubair, Abu Bakar Kedua (Raja Mali), dan seorang laksamana di Kesultanan Ottoman bernama Piri Reis.
Selain itu, salah satu penjelajah muslim yang wajib diketahui adalah Laksamana Muslim Zheng He atau Cheng Ho. Zheng He adalah orang yang menemukan Amerika sebelum Columbus menemukannya. Ia lahir pada akhir abad ke-14, di sebuah kota kecil di wilayah Yunnan dari keluarga Hui, yaitu kelompok etnis Tionghoa Muslim.
Seperti dilansir dai Aboutislam, nama lahirnya adalah ‘Ma He’. Di Tiongkok umat Islam menggunakan “Ma” sebagai nama pendek untuk “Muhammad”. Keluarga Hui mempunyai pengaruh besar pada pendidikan Zheng He dan di bawah pengaruh merekalah Ma He muda ingin mengetahui lebih banyak tentang dunia luar.
Perjalanan yang dilakukan kakek dan ayahnya akan memberikan kontribusi besar bagi pendidikannya. Selain dibesarkan dengan pendidikan agama, Ma He muda juga dibesarkan dalam keluarga yang sangat menonjolkan kemampuan berbahasa Arab dan Mandarin.
Artinya kedua bahasa tersebut adalah bahasa ibunya. Ia ingin mengetahui segalanya tentang negara-negara yang secara geografis terletak di sebelah barat Tiongkok. Dia mempelajari bahasa, agama, tradisi, sejarah dan geografi mereka.
Ketika Ma He berusia 10 tahun, tentara Dinasti Ming menangkapnya dalam serangan militer di Yunnan. Mereka membawanya ke Nanjing dan di sana dia menjalani pelatihan militer. Setelah itu, mereka membawanya ke Beijing untuk melayani Zhu Di, Pangeran Yan dan putra ke-4 kaisar pendiri Dinasti Ming.
Bintang yang bersinar
Berkat kemampuan, kesetiaan, kejujuran, integritas, dan kecemerlangannya, Ma He menjadi sahabat dan pengawal pribadi sang pangeran muda. Pada masa inilah kecerdasan, kebijaksanaan, dan kemampuan kepemimpinan Ma He mulai terlihat. Setelah semua pertempuran yang dipimpinnya dan bertempur di sisi Pangeran Zhu Di selama empat tahun, Ma He menjadi komandan militer paling kuat di Tiongkok.
“Ketika Pangeran Zhu Di menjadi Kaisar baru Dinasti Ming, dia memutuskan untuk memberi penghargaan kepada semua perwira dan pejabat yang telah mendukungnya. Ma Dia adalah salah satunya,” tulis Aboutislam.
Berganti Nama Menjadi Zheng He
Pada 1404 M, Kaisar baru menganugerahkannya sebagai “Komandan tertinggi Badan Rumah Tangga Kekaisaran”. Zhu Di memutuskan juga untuk mengganti nama Ma dan memberinya gelar baru: Zheng. Itu adalah cara Zhu Di mengucapkan terima kasih atas semua yang dia lakukan dan sebagai simbol kehormatan kekaisaran. Sejak saat itu Ma He menjadi 'Zheng He'.
Diskusi politik yang ia lakukan dengan Zhu Di, pengalaman militer yang ia jalani, hubungannya dengan orang-orang berilmu, berdagang dengan para pedagang dan segala kemampuan yang ia kembangkan di masa kecilnya hanya akan membuka pintu dan cakrawala baru baginya: menjelajahi dunia.
Kaisar memilihnya sebagai komandan ideal untuk pelayaran besar ke arah barat. Setelah ia menjadi komandan terkuat di Tiongkok, ia menjadi penjelajah maritim terhebat Tiongkok. Laksamana Zheng He, menjadi gelar barunya. Zhu Di menganggap Zheng He bertanggung jawab atas semua urusan maritim.
Zheng He mempersiapkan segalanya dengan sangat hati-hati sebelum dia menyelesaikan misinya sebagai seorang penjelajah. Dia membuat beberapa studi rinci tentang peta angkatan laut yang ada, navigasi astro, kalender timur dan barat, astronomi, geografi, ilmu kelautan, uji coba, pembuatan dan perbaikan kapal.
Dari tahun 1405 hingga 1433, Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi maritim besar. Dia melintasi samudera luas dan lautan beberapa kali. Dari Laut Cina Selatan hingga pantai timur Afrika, melewati Samudera Hindia, Teluk Persia, dan Laut Merah.
Bersambung….