REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan cara-cara kaum musyrik dan munafik dulu mencaci Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di Makah dan Madinah. Meski Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling jujur dan berakhlak mulia di muka bumi, kaum musyrik dan munafik tetap saja mencaci beliau.
Cacian kaum musyrik dan munafik terekam dalam tafsir Surah Al-Kausar ayat pertama. Surah ini diturunkan terkait adanya orang yang membenci dan menghina Nabi Muhammad SAW.
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ
Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. (QS Al Kausar: 1)
Tafsir Kementerian Agama menjelaskan maksud dari ayat pertama Surah Al-Kausar adalah, "Wahai Nabi Muhammad, sungguh Kami telah memberimu nikmat yang banyak dan langgeng, meliputi kenikmatan duniawi maupun ukhrawi, seperti kenabian, Alquran, syafaat, telaga di surga, dan sebagainya."
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia telah memberi Nabi Muhammad nikmat dan anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya dan tidak dapat dinilai tinggi mutunya. Walaupun (orang musyrik) memandang hina dan tidak menghargai pemberian itu disebabkan kekurangan akal dan pengertian mereka. Pemberian itu berupa kenabian, agama yang benar, petunjuk-petunjuk dan jalan yang lurus yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Orang-orang musyrik di Makah dan orang-orang munafik di Madinah mencemooh dan mencaci-maki Nabi SAW seperti ini.
Kaum musyrik dan munafik mengatakan, pengikut-pengikut Nabi Muhammad terdiri dari orang-orang biasa yang tidak mempunyai kedudukan. Kalau agama yang dibawanya itu benar, tentu yang menjadi pengikut-pengikutnya orang-orang mulia yang berkedudukan di antara mereka.
Ucapan ini bukanlah suatu keanehan, karena kaum Nabi Nuh juga telah menyatakan yang demikian kepada Nabi Nuh. Sebagaimana firman Allah: Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, "Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta." (QS Hud: 27)
Sunnatullah yang berlaku di antara hamba-hamba Allah bahwa mereka yang cepat menerima panggilan para Rasul adalah orang-orang biasa atau orang lemah, karena mereka tidak takut kehilangan pangkat atau kedudukan, karena mereka tidak mempunyai keduanya. Dari itu pertentangan terus-menerus terjadi antara yang merasa terpandang dengan para Rasul, tetapi Allah senantiasa membantu para Rasul-Nya dan menunjang dakwah mereka.
Begitulah sikap penduduk Makah terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW. Pembesar-pembesar dan orang-orang yang berkedudukan tidak mau mengikuti Nabi karena benci kepada beliau dan terhadap orang-orang biasa yang menjadi pengikut beliau.
Orang-orang Makah bila melihat anak-anak Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, mereka berkata, "Sebutan Muhammad akan lenyap dan ia akan mati punah." Mereka mengira bahwa kematian itu suatu kekurangan lalu mereka mengejek Nabi SAW dan berusaha menjauhkan manusia dari beliau.
Orang-orang Makah bila melihat suatu musibah atau kesulitan yang menimpa pengikut-pengikut Nabi Muhammad SAW, bergembira dan bersenang hati. Mereka menunggu kehancuran para pengikut Nabi SAW, sehingga kedudukan mereka semula yang telah diguncangkan oleh agama baru itu kembali mereka peroleh.
Pada Surah Al-Kausar ini, Allah menyampaikan kepada Rasul-Nya, bahwa tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik itu adalah suatu prasangka yang tidak ada artinya sama sekali. Namun semua itu adalah untuk membersihkan jiwa-jiwa yang masih dapat dipengaruhi oleh isu-isu tersebut dan untuk mematahkan tipu daya orang-orang musyrik, agar mereka mengetahui bahwa perjuangan Nabi SAW pasti akan menang dan pengikut-pengikut beliau pasti akan bertambah banyak.
Al-Kausar diartikan sebagai sungai di surga yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, dan ada pula yang berpendapat bahwa Al-Kausar bermakna kebaikan yang banyak.