REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nabi Ibrahim alaihissalam hidup selama 120 tahun. Diketahui pula bahwa jarak antara turunnya Nabi Adam alaihissalam dan kelahiran Nabi Ibrahim adalah 3.337 tahun.
Hal ini didasarkan pada pendapat Al Imad Al Ashbahani dalam kitabnya, 'al-Bustan al-Jami' li Jami'i Tawarikh ahlu al-Zamaan'.
Kitab itu sendiri memuat seluruh sejarah masyarakat Bumi. Para ulama sejarah menyebutkan, Nabi Ibrahim lahir pada masa kekuasaan Raja Namrud yang biasa membunuh seluruh anak laki-alki. Dia juga mendapat informasi dari ahli perbintangan dan pendeta bahwa akan datang sosok yang menghancurkan berhala mereka.
Lebih lanjut, Al Imad Al Ashbahani menjelaskan, Nabi Ibrahim berusia 30 tahun ketika Raja Namrud melemparkan dirinya ke dalam api yang kemudian Allah SWT menunjukkan mukjizat sehingga Nabi Ibrahim tidak merasa panas.
Setelah itu, Nabi Ibrahim pun pergi dari tempat kelahirannya bersama sang istri Sarah, dan anak keponakannya, Luth. Mereka tinggal di Harran selama 50 tahun. Hingga suatu kali, ketika matahari terbit, mereka dalam keadaan lapar dan cemas. Lalu mereka pun pergi ke Mesir, tempat di mana salah satu firaun berada dan menjadi penguasa. Saat itu firaun menghadiahkan mereka seorang budak perempuan cantik bernama Hajar.
Kemudian Nabi Ibrahim kembali ke wilayah Palestina dan menetap di sana. Lalu Luth (yang kelak menjadi Nabi) meninggalkan Nabi Ibrahim dan tinggal di daerah Sodom.
Ketika Nabi Ibrahim menginjak usia 85 tahun, pernikahannya dengan Sarah belum juga dikaruniai anak. Sarah pun memberi budak perempuannya, Hajar, yang merupakan hadiah dari firaun, kepada Nabi Ibrahim untuk dinikahi.
Barulah kemudian, dari pernikahan Nabi Ibrahim dan Hajar, lahir Ismail. Lalu 15 tahun kemudian, lahirlah Ishak. "(Nabi) Ibrahim hidup selama 120 tahun," demikian penjelasan Al Ashbahani.