REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perang Tustar merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah umat Islam. Tustar adalah salah satu kota besar di Kerajaan Persia, terletak di daerah pegunungan, seluruh tepi kota itu dilindungi dengan benteng-benteng tebal nan tinggi.
Penaklukkan kota ini berhasil dilakukan pada masa Umar bin Khattab. Jumlah umat Islam hanya 30 ribu tetapi bisa mengalahkan menghadapi 150 ribu kekuatan tentara Persia.
Penyebab terjadinya perang ini adalah Raja Persia, Yazdajir, mengobarkan semangat orang-orang Persia untuk memerangi orang-orang Arab. Hingga mereka melanggar perjanjian yang telah mereka sepakati setelah Perang Qadisiyah dan perang-perang kecil lainnya.
Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Dr Utsman bin Muhammad Al Khamis, Mereka pun bersepakat untuk memerangi kaum Muslimin. Ketika kabar tersebut terdengar oleh Umar bin Khattab RA, dia memerintahkan Sa'ad bin Abu Waqqash RA mengirimkan pasukan ke Ahwaz, daerah dekat Hurmuzan berada.
Sa'ad mengirimkan An Nu'man bin Muqarrin RA untuk pergi ke sana. Sesampainya AnNu'man di tempat Ramahurmuz, Hurmuzan keluar dan bertarung dengan An Nu’man hingga Hurmuzan kalah dan melarikan diri ke Tustar. Kaum Muslimin mengejarnya lalu mengepungnya di sana. Korban banyak berjatuhan dari kedua belah pihak.
Sampai-sampai kaum Muslimin berkata kepada Al Bara RA, seorang yang doanya selalu dikabulkan, "Wahai Al Bara, bersumpahlah atas nama Rabbmu, agar Dia akan mengalahkan mereka untuk kita."
Al Bara pun berdoa, "Ya Allah, kalahkanlah mereka untuk kami, dan jadikanlah aku orang yang mati syahid." Pada waktu itu, Al Bara membunuh seratus orang di antara mereka dengan bertarung satu lawan satu.
Allah SWT mengalahkan Hurmuzan dan pasukannya, hingga mereka tidak tahu harus lari ke mana lagi.
Salah seorang penduduk Persia meminta jaminan keamanan dari Abu Musa Al Asy'ari RA dan dia mengabulkan permintaannya. Orang ini kemudian menjadi penunjuk jalan bagi kaum Muslimin ke suatu tempat yang bisa dilalui untuk memasuki negeri mereka. Tempat itu pula yang digunakan untuk menyuplai air ke negeri mereka.
Kemudian, para panglima bergerak bersama para prajuritnya untuk menuju ke sana. Sekelompok prajurit pemberani bergegas melaksanakan perintah itu. Mereka masuk mengikuti aliran air pada malam hari, kemudian mendatangi para penjaga pintu dan membunuh mereka, sehingga mereka dapat membuka semua pintu gerbang. Kaum Muslimin bertakbir sambil masuk ke tempat tersebut. Ketika hampir mendekati waktu Subuh, mereka terus sibuk berperang hingga matahari terbit sedangkan mereka belum mengerjakan sholat Subuh.
Anas bin Malik RA bercerita, "Aku ikut serta dalam penaklukan Benteng Tustar. Ketika itu, matahari sudah terbit, dan perang semakin berkecamuk. Oleh sebab itu, kaum Muslimin tidak bisa melaksanakan sholat (Shubuh pada awal waktu). Maka kami mengerjakan sholat Shubuh setelah matahari sudah meninggi pada siang hari. Kami pun sholat bersama Abu Musa Al Asy'ari RA. Dan pada hari itu, kami dianugerahi kemenangan. Aku sungguh senang dengan sholat itu dibandingkan dengan dunia dan seisinya." (HR Bukhari).