REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap Ramadhan kaum Muslim biasa menyelenggarakan peringatan Nuzulul Quran. Berbagai acara dilakukan untuk mengingatkan kembali kepada pentingnya Alquran sebagai pedoman hidup manusia akhir zaman.
Pimpinan Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Qur'an Cijamil Bandung Barat, Ustadz Teguh Turwanto, menjelaskan mengapa peristiwa Nuzulul Quran adalah peristiwa dahsyat, sebagaimana firman Allah SWT surat Al Hasyr ayat 21:
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ "Andai Alquran ini Kami turunkan di atas gunung, kamu (Muhammad) pasti menyaksikan gunung itu tunduk dan pecah berkeping-keping karena takut kepada Allah. Perumpamaan itu kami buat untuk manusia agar mereka mau berpikir."
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa Allah SWT menyebutkan keagungan Alquran seraya menjelaskan tingginya kedudukan Alquran. Untuk itu sudah selayaknya bila hati menjadi lunak dan khusyuk serta taat saat mendengarnya, mengingat di dalamnya terkandung janji yang benar dan ancaman yang pasti.
"Apabila gunung yang begitu keras dan perkasa dapat memahami Alquran ini dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya, niscaya dia tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah SWT. Lalu bagaimana dengan kamu, hai manusia, bila hati kamu tidak lunak dan tunduk serta bergetar karena takut kepada Allah SWT. Padahal kamu telah memahami dari Allah akan perkaranya dan telah kamu pahami Kitab-Nya."
Sementara itu, dalam kitab tafsirnya, Imam ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan menyatakan sebagai berikut:
"Allah Yang Mahag-Agung berfirman, “Andai Kami menurunkan Alquran kepada sebuah gunung, sementara gunung itu berupa sekumpulan bebatuan, pasti engkau akan melihat, wahai Muhammad, gunung itu sangat takut.” Allah mengatakan, “Gunung itu tunduk dan terpecah-belah karena begitu takutnya kepada Allah meskipun gunung itu (bebatuan) amat keras.” Tidak lain karena gunung tersebut sangat khawatir tidak sanggup menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan atas dirinya, yakni mengagungkan Alquran.” (Ath Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Alquran, 23/300).
Dalam kitab tafsirnya, Imam Al Baidhawi menafsirkan ayat ini dengan menyatakan demikian:
“Andai Kami (Allah SWT) menciptakan akal dan perasaan pada gunung, sebagaimana yang telah Kami ciptakan pada diri manusia, kemudian Kami menurunkan Alquran di atasnya, dengan konsekuensi pahala dan siksa, sungguh gunung itu akan tunduk, patuh dan hancur berkeping-keping karena takut kepada Allah SWT. Ayat ini merupakan gambaran betapa besarnya kehebatan dan pengaruh Alquran.” (Al Baidhawi, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, 3/479).