Selasa 30 Mar 2021 19:08 WIB

Ekspedisi Cheng Ho Gabungkan Strategi Rasulullah SAW-China? 

Cheng Ho melakukan ekspedisi ke Nusantara mendakwahkan Islam

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke Nusantara mendakwahkan Islam. Laksamana Cheng Ho
Foto: republika
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke Nusantara mendakwahkan Islam. Laksamana Cheng Ho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada abad-abad pertama kehadiran Islam, di Tiongkok sudah ada orang-orang Tionghoa yang memeluk agama Islam. Salah satu tokoh umat Islam Tionghoa yang pernah sampai di bumi Nusantara adalah Laksamana Cheng Ho. Ia adalah seorang penjelajah yang memimpin suatu armada Muhibah.

Mungkin masih belum banyak umat Islam Indonesia yang mengenal sosok Chen Ho. Karena itu, dalam buku berjudul “Cheng Ho: Muslim Tionghoa, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara” ini, Prof Kong Yuanzhi berupaya memperkenalkan sosok sang laksamana.

Baca Juga

Catatan perjalanan muhibah Cheng Ho ini diangkat kembali sebagai bahan kajian ataupun renungan bagi generasi yang akan datang bahwa pada abad ke-14 telah ada seorang bahariwan asal Tiongkok yang telah berlayar ke Asia Afrika dengan memimpin kurang lebih 208 kapal yang tidak tertandingi pelaut mana pun sampai saat ini.

Dengan melakukan pelayaran tersebut, Cheng Ho ingin menyebarkan dan memperkenalkan agama Islam kepada penduduk setempat bahwa Islam merupakan agama yang rasional dan universal. Cheng Ho sebagai seorang muslim yang saleh telah banyak mengadakan kegiatan agama Islam, baik di negerinya sendiri maupun di negeri lain.

Dalam setiap pelayarannya, Cheng Ho pun menerapkan manajemen strategi Nabi Muhammad SAW, manajemen Tao Zhugong, manajemen Confuciusme, dan manajemen Lautze yang telah diterapkan 600 tahun yang lalu. Dengan menerapkan empat manajemen tersebut, Cheng Ho dapat mengatur dengan apik sistem kerja dari awak kapalnya sesuai dengan tugas masing-masing.

Peran Cheng Ho sangat besar bagi perkembangan dan penyebaran agama Islam, termasuk di Indonesia yang daerah-daerahnya banyak dikujungi selama 7 kali pelayarannya. Kunjungan armada Muhibah Cheng Ho ke Indonesia terjadi pada enam abad yang lalu.

Buku ini mengangkat kembali sejarah yang tenggelam untuk generasi yang akan datang, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada 1405-1433 M  Cheng Ho telah tujuh kali berkunjung ke nusantara dalam misi persahabatan.

Di nusantara, Cheng Ho tercatat pernah singgah di Kerajaan Samudra Pasai dengan memimpin tidak kurang dari 208 kapal. Peninggalan Cheng Ho di daerah ini berupa lonceng raksasa bersanama Cakradonya. Sekarang ini lonceng tersebut digantung dan diletakkan pada bagian paling depan dari Museum Banda Aceh.

Kemudian, Laksamana Cheng Ho bersama anak buahnya melanjutkan perjalannya ke sebelah barat Kerajaan Samudera Pasai. Hingga sampailah ia di Kerajaan Nakur yang menghadap Laut Lambri. Setelah itu, ia berlayar melalui bagian Barat, hingga sampailah di Pelabuhan Palembang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penyunting buku ini, Laksamana Cheng Ho juga pernah berlabuh di Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung.

Perjalanan Cheng Ho kemudian dilanjutkan ke Sunda Kelapa dan berlabuh di Tanjung Masa (Ancol). Saat itu, Cheng Ho bersama para awak kapalnya sempat menonton tarian ronggeng di Tanjung Mas, yang saat itu masih berupa hutan berawa.

Pada 1415 M, rombongan armada Cheng Ho kemudian berlabuh di Muara Jati dalam salah satu ekspedisinya yang legendaris untuk bersilaturrahmi dengan penguasa setempat dan memberikan cendera mata dari Tiongkok, seperti porselen, guci, kain sutra, keramik, dan lain-lain.

Masih banyak daerah lainnya di Indonesia yang pernah dinggahi Laksamana Cheng Ho, seperti Cirebon, Semarang, Tuban, Gresik, Surabaya, dan Mojokerto. Jejak perjalanan Cheng Ho ke daerah-daerah tersebut dijelaskan secara gamblang di dalam buku ini. Bahkan, jejak perjalanan Cheng Ho dalam buku ini dilengkapi dengan lukisan.

Cheng Ho dikenal sebagai seorang tokoh yang berjasa besar dalam penyebaran agama Islam, melakukan pembaharuan, dan meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang perdagangan dan pertanian bagi daerah yang pernha dikunjunginya.

Sebagai tokoh agama, Cheng Ho juga merupakan seorang yang sangat memahami ajaran Islam. Karena, ia pandai dan mampu membaca, menulis, serta fasih dalam berbahasa Arab. Ia pun mengamalkan ajaran Islam yang ramah, sehingga dakwahnya dapat diterima dengan mudah di tengah-tengah masyarakat.

Penulis buku ini, Prof Kong Yuanzhi memang sangat tertarik pada sejarah persahabatan bangsa Tionghoa dengan bangsa Indonesia, termasuk peristiwa kunjungan Cheng Ho ke Indonesia. Karena itu, dia pun sudah sejak lama mengumpulkan data-data mengenai kunjungan Cheng Ho ke Indonesia.

Prof Kong Yuanzhi menempuh pendidikannya di jurusan Bahasa dan Kebudayaan Indonesia Universitas Peking. Selain itu, dia juga pernah mengambil studi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1964-1965.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement