Tahun Duka Cita
Enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan, Abu Thalib meninggal dunia. Musibah yang sangat menyedihkan Nabi ini terjadi pada bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian.
Yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW sangat berduka dengan kematian paman beliau itu adalah kenyataan sampai akhir hayatnya Abu Thalib tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadah. Menjelang ajalnya, Nabi masih mencoba mengajak Abu Thalib, “Wahai Pamanku, ucapkanlah la ilaha illallah, dengan satu kalimat itu saya bisa membela paman di hadapan Allah kelak.”
Sayangnya, Abu Jahal dan Abdullah ibn Abu Umayyah yang juga ada di sisi Abu Thalib langsung menukas: ”Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?”
Mereka berdua terus-menerus membicarakan hal itu sampai akhirnya Abu Thalib menghembuskan nafasnya yang terakhir tanpa mengucapkan kalimat yang diminta Nabi. Nabi kemudian berkata, “Aku akan memintakan ampun untukmu selama tidak dilarang,”
Sebagai jawaban atas keinginan Nabi itu Allah SWT menurunkan firman-Nya:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن يَسۡتَغۡفِرُواْ لِلۡمُشۡرِكِينَ وَلَوۡ كَانُوٓاْ أُوْلِي قُرۡبَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُمۡ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (Q.A. At-Taubah 113)