Kamis 11 Feb 2021 20:07 WIB

Rasulullah Sholatkan Jenazah Munafik dan Reaksi Sahabat

Rasulullah SAW mensholati jenazah pentolan munafik

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW mensholati jenazah pentolan munafik. Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto:

Umar bin Khattab RA yang dikenal paling tanggap dan tegas di antara mereka segera mendekati Rasulullah. Umar sendiri menuturkannya sebagaimana diriwayatkan Imam Al-Bukhari dari Ibn Abbas: 

 “Setelah Abdullah ibn Ubay ibn Salul meninggal dunia, Rasulullah diundang untuk mensholatkan janazahnya. Begitu Rasulullah berdiri untuk mensholatkannya, aku berkata:

“Wahai Rasulullah, engkau akan mensholatkan Abdullah bin Ubay? Bukankah dia pernah berkata begini dan berbuat begitu…?” (Aku sebut dosa-dosa dia selama ini). Rasulullah tersenyum, lalu bersabda: “Mundur, Umar.” Tapi aku tak henti-hentinya berbicara. Akhirnya Rasulullah bersabda: 

“Umar, aku telah diberi pilihan oleh Allah dan aku pun memilih. Sungguh, andai aku tahu bahwa jika aku beristighfar untuk Abdullah lebih dari tujuh puluh kali maka Allah akan mengampuninya, niscaya akan kulakukan.”

Rasulullah pun segera mensholatkannya, lalu setelah itu beliau pulang. Hanya selang beberapa saat kemudian, turunlah ayat berikut:

وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ “Dan janganlah kau sholatkan siapa pun di antara mereka dan jangan berdiri di atas kuburnya. Mereka telah ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mati dalam keadaan fasiq.” (QS At-Taubah: 84)

Kemudian, mengakhiri penuturannya, Umar berkata: “Aku sendiri heran kok begitu beraninya aku pada Rasulullah saat itu.”

Dalam riwayat Imam Muslim, Ibn Umar RA menuturkan bahwa begitu Abdullah bin Ubay meninggal, putranya yang juga bernama Abdullah, sowan kepada Rasulullah untuk memohon baju beliau untuk dikafankan kepada mendiang ayahnya. Rasulullah pun mengabulkannya. Kemudian dia mohon agar Rasulullah berkenan mensholatkan janazahnya dan beliau pun mengabulkannya. 

Begitu Rasulullah berdiri untuk mensholatkannya, Umar mendekat lalu sambil menarik-narik baju beliau, Umar berkata: “Wahai Rasulullah, engkau akan mensholatkannya, padahal Allah telah melarangmu berdoa untuknya?” Beliau menjawab, “Wahai Umar, Allah tak lebih hanya memberiku pilihan dengan firman-Nya:

  إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ “Jika engkau beristighfar untuk mereka tujuh puluh kali, Allah tetap tak akan mengampuni mereka.” (QS At-Taubah: 80).

Lalu Rasululullah bersabda: “Aku akan beristighfar untuknya lebih dari tujuh puluh kali.” 

 

Berdasarkan cerita di atas, menurut, Kiai Zainil Mu'in, sangat besar kasih sayang Rasulullah kepada semua orang, bahkan termasuk mereka yang jelas-jelas bersikap ambivalen terhadap Islam dengan penegasan Allah SWT sendiri.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement