Selasa 19 Jan 2021 10:01 WIB

Nabi Muhammad SAW: Menyeru dari Atas Bukit Shafa

Masa awal-awal Nabi Muhammad SAW syiarkan Islam di Makkah

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Nabi Muhammad SAW (10), Menyeru Dari Atas Bukit Shafa | Suara Muhammadiyah

Kenapa Abu Lahab sejak awal sudah sangat apriori dengan seruan Nabi? Dalam pertemuan pertama Abu Lahab langsung memotong dan tidak memberi Nabi kesempatan menyampaikan misinya. Dalam pertemuan di Bukit Shafa Abu Lahab langsung mengumpat Nabi, keponakannya itu. Selama ini hubungan Nabi dengan pamannya itu baik-baik saja. Bahkan dua pueri Nabi yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum dinikahkan dengan dua orang putera Abu Lahab. Ruqayyah dinikahkan dengan Utbah ibn Abi Lahab, sedangkan Ummu Kultsum dinikahkah dengan Utaibah ibn Abi Lahab. Waktu dinikahkan kedua puteri Nabi itu belum berumur 10 tahun.

Setelah peristiwa di atas Bukit Shafa itu, Abu Lahab memaksa kedua puteranya menceraikan dua puteri Nabi tersebut. Keduanya diceraikan sebelum mereka sempat bergaul sebagai suami isteri. Ruqayah kemudian dinikahkan dengan Utsman ibn Affan. Setelah Ruqayyah meninggal pada tahun kedua Hijrah Utsman menikahi Ummu Kultsum pada tahun ketiga hijriyah. Oleh sebab itu Utsman digelari Dzu Nurain (yang punya dua cahaya).

Kembali kepada pertanyaan kenapa Abu Lahab langsung menentang Nabi? Abu Lahab berambisi untuk menggantikan kedudukan Abu Thalib sebagai pemimpin Quraisy jika saudaranya itu nanti  meninggal dunia. Oleh sebab itu dia berusaha sekuat tenaga untuk membangun citra sebagai seorang pemimpin yang pantas dihormati. Tetapi begitu keponakannya Nabi Muhammad mengumumkan tiada tuhan melainkan Allah semata, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka Abu Lahab langsung terusik.

Dia paham sekali, jika ajakan keponakannya diikuti,  pertama dia akan kehilangan pengaruh terhadap suku Qurasy yang menyembah banyak tuhan. Kedua, kalau dia mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah tentu dia akan mengikuti Nabi Muhammad dan menjadikannya sebagai pemimpin. Itu semua berarti ambisinya untuk menjadi pemimpin Quraisy akan buyar. Itulah sebabnya sejak awal dia harus menentang Nabi Muhammad.

Abu Lahab adalah satu-satunya paman Nabi yang menentang beliau dengan keras, bahkan memusuhi. Paman yang mengasuh beliau sejak berumur 8 tahun Abu Thalib, tidak beriman tapi bertekad dan konsisten melindungi Nabi. Sementara Abbas paman beliau yang lain tidak memberi respon, mendukung tidak, menentang juga tidak. Nanti setelah menjadi tawanan Perang Badar baru Abbas beriman. Yang lebih awal beriman di antara paman-paman beliau adalah Hamzah yang umurnya sebaya dengan Nabi. Nanti Hamzah gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud.

Dari atas Bukit Shafa itu lah Nabi memulai dakwah beliau secara terang-terangan.  Tidak lagi sembunyi-sembunyi. Tidak peduli jika akan mendapat tantangan dari kaum musyrikin. Apalagi setelah turun firman Allah SWT:

فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.’ (Q. S. Al-Hijr  15: 94) (bersambung)

Sumber: Majalah SM Edisi 21 Tahun 2018

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement