Selasa 12 Jan 2021 08:12 WIB

Variolasi, Embrio Vaksinasi Ottoman Islam Inspirasi Eropa

Variolasi embrio vaksinasi sudah diterapkan Ottoman Islam

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Variolasi embrio vaksinasi sudah diterapkan Ottoman Islam . Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto:

Akan tetapi, seluruh penelitian dari kedua dokter itu tidak memantik perhatian dari para ahli medis Inggris. Keadaan berubah sejak terobosan oleh Lady Mary Worthley Montagu. Perempuan itu merupakan seorang sosialita kelahiran London tahun 1689.

Dia dididik secara otodidak oleh ayahnya sendiri yang seorang bangsawan. Sejak kecil, ia piawai menulis dan memiliki keinginan belajar yang tinggi. Ia menikah dengan seorang duta besar Inggris untuk Istanbul.

Lady Montagu amat terpukul oleh kematian saudara lelakinya akibat cacar. Bahkan, dua tahun kemudian dirinya pun ikut terkena penyakit itu. Suatu hari, ia meminta dokter bedah kedutaan, Charles Maitland, untuk melakukan variolasi terhadap dirinya dan anak lelakinya. Hasilnya ternyata bagus. Putranya itu menjadi kebal.

Begitu kembali ke London, sang istri dubes itu kembali meminta dr Maitland agar melakukan variolasi ke anaknya yang berusia empat tahun. Kali ini, ia disaksikan para dokter ternama di Inggris. Setelah menyadari efektivitas variolasi, para pakar di The Royal Society pun membolehkan dr Maitland untuk membuka praktik tersebut. Tak kurang dari 200 elite setempat mencoba variolasi. Hingga tahun 1729, sudah ada 897 variolasi di Inggris. Dari jumlah itu, “hanya” 17 orang yang kemudian meninggal setelah diberikan variolasi.

Sepanjang awal abad ke-18, teknik itu terus populer di kalangan ilmuwan Eropa. Pada 1757, seorang anak lelaki usia delapan tahun divariolasi di Gloucester, kota di kawasan Inggris barat daya. Kelak, bocah itu tumbuh menjadi ilmuwan yang berhasil mengembangkan vaksin cacar secara lebih modern. Nama anak itu: Edward Jenner (1749-1823).   

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement