Rabu 07 Oct 2020 04:33 WIB

Tafsir Surat An-Nas Ayat 1-3 Menurut Quraish Shihab 

Dalam Surat An-Nas, Allah mengajar Nabi Muhammad SAW agar memohon perlindungan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Tafsir Surat An-Nas Ayat 1-3 Menurut Quraish Shihab 
Foto:

Kata an-nas terulang di dalam Alquran sebanyak 241 kali. Kata ini berarti kelompok manusia, terambil dari kata an-nauws yang artinya gerak. Ada juga yang berpendapat itu terambil dari kata unâs yang akar katanya adalah nampak.

Kata an-nas digunakan Alquran dalam arti jenis manusia atau sekelompok tertentu dari manusia. Dalam surat ini, kata tersebut terulang tiga kali dalam tiga ayat secara berturut-turut. Arti kata an-nas dalam surat ini adalah seluruh manusia tanpa terkecuali. Menurut Thahir Ibn Asyur, perurutan penyebutan sifat-sifat Allah dalam ketiga ayat di atas sangat serasi.

Perlindungan yang dimohonkan itu menyangkut bencana yang dapat menimpa manusia, maka sangat wajar jika yang pertama diingatkan kepadanya atau diingatnya adalah Tuhan Pemelihara karena Dialah Sang Pencipta yang dapat melindungi dan membimbing, Rabbi an-Nas, kemudian meningkat pada meningingatkan tentang kuasa-Nya atas manusia dan seluruh makhluk. Dari sini disebutlah Malik an-Nas, selanjutnya karena Allah adalah Maha Raja yang menguasai manusia. Maka menjadi sangat wajar Dia disembah dan dipatuhi, disebutlah sifat-Nya sebagai Ilah an-Nas (Tuhan yang dipatuhi manusia).

Sementara kata Malik atau Raja yang biasanya digunakan untuk penguasa yang mengurus manusia, berbeda dengan Malik atau Pemilik yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kekuasaan si pemilik terhadap sesuatu yang tidak bernyawa.

Sehingga wajar apabila ayat kedua surat an-Nas ini tidak dibaca malik dengan memanjangkan huruf mîm sebagaimana dalah surat Al-Fatiha. Di sisi lain, kesan yang ditimbulkan oleh kata Raja dari segi kekuasaan dan keagungan melebihi kesan yang ditimbulkan oleh kata pemilik.

Kalau di atas dikemukakan kata Rabb mengandung makna kepemilikan, pemeliharaan dan perlindungan terhadap pemohon, maka dengan kata Malik tersurat sekaligus tersirat kerjaan dan kekuasaan-Nya untuk menggagalkan usaha siapa pun yang bermaksud jahat. Jadi, setiap ayat menekankan sisi yang berbeda.

Sedangkan kata Ilah an-Nas mencakup si pemohon dan yang bermaksud jahat, bahkan semua manusia. Kata Ilah terambil dari kata aliha – ya’lahu dalam arti menuju dan bermohon. Tuhan adalah Ilah karena seluruh makhluk menuju serta memohon kepada-Nya dalam memenuhi kebutuhan mereka. Pendapat lain mengatakan kata tersebut mulanya berarti menyembah atau mengabdi, sehingga Ilah adalah “Dzat yang disembah dan kepada-Nya tertuju segala pengabdian.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement