Kamis 17 Sep 2020 08:07 WIB

Sejarah Wabah di Dunia Islam

Wabah dalam sejarah Islam direspons dengan sangat dinamis oleh para pemeluknya

Sejarah Wabah di Dunia Islam. Masjidil Haram tahun 1925. Ilustrasi
Foto:

Wabah black death

Wabah terparah selanjutnya adalah black death (maut hitam) yang awal penyebarannya dari Eropa, Asia dan Afrika pada abad ke 14 M, hingga memasuki dunia Islam melalui kota-kota besar di Timur Tengah (1347-1349 M): Makkah, Madinah, Kairo, Kairouan (Tunisia), Damaskus, Mosul, Basrah, Baghdad, Palestina, Konstantinopel dan menyebabkan kematian di seluruh dunia saat itu kurang lebih 200 juta orang.

Sejarawan Al-Maqrizi melukiskan penyebaran wabah ini di Kairo pada Ramadhan 749 H/Januari 1349 M, di mana banyak orang yang tertular dengan tanda awal meludah darah, demam tinggi, mual lalu meninggal, sehingga masjid ditutup dan ibadah shalat jumat ditiadakan. Sejarawan lain, Al-‘Aini, menambahkan, ketika orang lain bertatap muka dengan orang yang terkena virus, maka dalam beberapa langkah, ia langsung meninggal. Sejarawan Al-Dzahabi mencatat di Cordoba masjid-masjid ditutup, sedang Ibnu Hajar Al-Asqalani melaporkan di Makkah setiap hari rata-rata sekitar 40 orang meninggal.

Penyikapan muslim akan wabah ini paling tidak terbagi dari sudut pandang teologi dan sains. Bahkan keduanya berlawanan kontradiktif selain juga terjadi konvergensi, di mana dalam kasus Ibnu al-Khatib (1313-1375 M), seorang dokter ahli epidemiologi di Granada Andalusia (Spanyol sekarang), yang melakukan penelitian empiris mengenai penyebab wabah black death saat itu.

photo
Doa Penangkal Wabah Penyakit - (Republika.co.id)
 
Namun, ia dituduh melakukan bidah (heresy) oleh para ulama konservatif, yang bisa jadi ia dituduh melawan kehendak Tuhan melalui wabah hingga ia malah dipenjara dan meninggal di dalamnya. Lewat bukunya Muqni’at as-Sa’il ‘an Maradh al-Ha’il, ia dianggap ilmuwan pertama yang membedakan antara wabah bubonic dan pneumonic.

Jika wabah penyakit pes atau sampar (bubonic) menyerang kelenjar getah bening sebagai bagian penting sistem kekebalan tubuh yang banyak membantu melawan virus yang dibawa bakteri, wabah pneumonic yang dibawa oleh bakteri yersinia pestis menyerang paru-paru manusia. Ia juga ilmuwan pertama yang menganalisa siklus wabah, mulai dari organisme penyebab penyakit, hewan yang membantu penularan (vektor) hingga tempat bersarang dan berkembangbiaknya (reservoir) (Ober & Aloush 1982).

Penyikapan dari sisi sains akan wabah di dunia Islam juga dilakukan oleh banyak namanama ulama cum ilmuwan antara lain Ali bin al-Abbas Al-Majusi (w. 998 M), Ibnu Sina (w. 1037 M), Ibnu an-Nafis (w. 1288), Ibnu Al Wardi (w. 1349 M), dan Ibnu Abi Hajalah (1362 M), Ibnu Khatimah (w. 1369 M). Selain mereka melakukan penelitian empiris mandiri perihal penyebab wabah, juga terpengaruh oleh karya-karya Yunani yang diterjemahkan pada masa kejayaan Islam, antara lain karya Gallen (129-210 SM), De Differentiis Febrium dan Of The Epidemics-nya Hippocrates (460-370 SM).

Buku Hippocrates diberikan kritik dan komentar lewat penelitian empiris Ibnu an-Nafis (1210-1288 M) dalam bukunya, Syarh Kitab al-Epidema, di mana ia berpendapat bahwa penyebaran wabah tidak hanya terkait dengan kondisi lingkungan geografis asal muasal wabah, namun juga terkait faktor biologis manusia, yaitu usia dan jenis kelamin.

Dari sisi teologi dan sejarah Islam, banyak karya-karya khusus mengenai wabah (tha’un) yang dihasilkan oleh para ulama berkisar ratusan (termasuk dari sisi sains) dan yang terpopuler adalah Badhlu al-Ma’un fi Fadhli at-Tha’un oleh Ibnu Hajar AlAsqalani (w. 1449 M) dan Jalaludin As-Suyuthi (w. 1505 M) seorang ulama multi keahlian (polymath) dalam Ma Rawahul-wa’un fi Akhbar at-Tha’un.

Demikian menandakan wabah dalam sejarah Islam direspons dengan sangat dinamis oleh para pemeluknya dan menunjukkan Islam adalah ajaran yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini kesehatan, wabil khusus epidemiologi. (MR)

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 13 Tahun 2020

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/09/07/sejarah-wabah-di-dunia-islam/

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement