Sabtu 29 Aug 2020 14:59 WIB

Riwayat Noor Inayat Khan, Intelijen Muslimah Inggris

Noor Inayat Khan beroperasi pada 1943 semasa Perang Dunia II.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Riwayat Noor Inayat Khan, Intelijen Muslimah Inggris. Intelijen Muslimah Inggris di masa Perang Dunia II, Noor Inayat Khan. Ia dianugerahih Plakat Biru.
Foto:

George Cross adalah penghargaan tanda jasa tertinggi kedua dari sistem penghargaan Kerajaan Inggris yang diberikan untuk tindakan kepahlawanan terbesar atau untuk keberanian yang paling menonjol selama keadaan bahaya ekstrem.

Inayat Khan juga telah dianugerahi French Croix de Guerre dengan Bintang Emas pada 16 Januari 1946. Pada 2012, Putri Anne meluncurkan patung dadanya di Gordon Square Gardens.

Inayat Khan lahir di Moskow, Rusia, dari ayah India yang juga seorang guru sufi dan ibu Amerika. Khan adalah keturunan dari Tipu Sultan, penguasa Muslim abad ke-18 di Mysore, kota di negara bagian Karnataka, India. Khan dididik di London dan Paris dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Prancis.

Negara itu secara anumerta memberinya penghargaan The French Croix de Guerre atas usahanya di belakang garis musuh. Menurut Basu, Inayat Khan begitu cantik, namun kisahnya terlupakan.

Khan datang ke Inggris bersama keluarganya setelah Prancis jatuh pada November 1940. Dia menjadi operator radio wanita pertama, yang dikirim ke Prancis yang diduduki Nazi oleh Eksekutif Operasi Khusus pada 16 Juni 1943.

Dia awalnya dianggap tidak cocok  hidup di lapangan karena dia dianggap sebagai "pemimpi" dan atasannya takut keyakinannya mungkin berarti dia tidak memiliki sisi kejam.

Basu mengatakan, kesetiaan Khan kepada Inggris juga dipertanyakan karena hubungan kuat keluarganya dengan gerakan kemerdekaan India. Namun terlepas dari keraguan dan bahaya itu, operator radio ini diperkirakan hanya bertahan enam pekan di lapangan karena situasi yang sangat sulit.

Begitu kedatangannya ke Paris, jaringan dari organisasi perlawanan terbesar di Paris itu runtuh dan Khan hanya bekerja  selama tiga bulan. Kala itu, Gestapo melakukan banyak penangkapan.

Khan berupaya menghindari penangkapan oleh Nazi selama tiga setengah bulan dan terus mengirim pesan ke London. Dia memilih tetap tinggal di Paris guna menjaga komunikasi tetap terbuka dengan rekan-rekannya di sana.

Ketika kondisi Paris menjadi kian berbahaya, dia hendak berangkat ke Inggris pada pertengahan Oktober 1943. Dia mungkin akan berhasil kembali ke negaranya jika saja dia tidak dikhianati.

Namun, ia dikhianati, ditangkap dan diinterogasi di markas Gestapo di Paris. Akan tetapi, Khan enggan membeberkan rahasia. Dia digambarkan sebagai salah satu pahlawan diam dari Perang Dunia Kedua.

Dia ditahan di penjara Pforzheim sebelum dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau di mana dia dieksekusi pada 1944. Sebelum dieksekusi dengan cara ditembak di kepalanya, bukti yang diberikan dalam persidangan Kejahatan Perang dan oleh para tahanan yang masih hidup mengungkapkan Khan mengalami penyiksaan terlebih dahulu.  

Beberapa saksi mengatakan, para wanita yang dikirim ke kamp konsentrasi Dachau masih hidup ketika mereka dikremasi pada pagi hari 13 September 1944. Sementara Khan disebut tidak mengungkapkan apa pun kepada para penculiknya, bahkan nama aslinya. Kata terakhir yang dia sebut sebelum dieksekusi ialah 'Liberte' atau 'Merdeka'.

Basu mengatakan, ketika Inayat Khan meninggalkan rumahnya pada misi terakhirnya, dia tidak akan pernah bermimpi suatu hari dia akan menjadi simbol keberanian. Sebagai seorang sufi, Khan percaya pada non-kekerasan dan kerukunan beragama. Namun ketika negara angkatnya membutuhkannya, Khan tanpa ragu menyerahkan nyawanya dalam perang melawan fasisme.

"Sudah sepantasnya Noor Inayat Khan adalah wanita asal India pertama yang dikenang dengan Plakat Biru. Seiring berjalannya waktu, kisah Noor akan terus menginspirasi generasi mendatang. Di dunia saat ini, visinya tentang persatuan dan kebebasan lebih penting dari sebelumnya," kata Basu, dilansir di Hindustan Times.

English Heritage berencana mengungkap sembilan plakat dari biasanya 12 tahun ini. Penerima penghargaan lainnya termasuk Christine Granville, agen rahasia lain dari perang dunia kedua, artis Barbara Hepworth, dan pengusir perbudakan Afrika Ottobah Cugoano. Karena pandemi Covid-19, acara pembukaan berlangsung di Facebook.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement