Jauh lebih Sempurna
Mari kita pahami dengan sebaik-baiknya bahwa kesantunan berbahasa menurut Alquran dan hadis jelas jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kesantunan berbahasa menurut kaidah pragmatik. Kesantunan berbahasa dalam Islam berlaku bagi semua pengguna bahasa. Orang yang berstatus sosial tinggi pun harus santun berbahasa kepada orang yang berstatus sosial rendah. Pemimpin santun berbahasa kepada orang yang dipimpin. Meskipun diperlakukan buruk, baik dengan perbuatan maupun ucapan, umat Islam harus tetap santun! Membalas perlakukan buruk, tidak boleh lebih buruk. Berbeda halnya kesantunan berbahasa menurut kaidah pragmatik; orang yang berstatus sosial rendahlah yang harus santun berbahasa kepada orang yang berstatus tinggi.
Sementara itu, dalam hadis berikut kita ketahui bahwa orang yang terhalang kelemahlembutannya, dia terhalang kebaikannya. Demikianlah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa sudah terhalang kelemahlembutannya, berarti dia sudah terhalang kebaikannya, atau barangsiapa lagi terhalang kelemahlembutannya, berarti dia lagi terhalang kebaikannya.” (HR Muslim)
Mungkinkah kita diberi rahmat oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala sehingga dapat bersikap seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Sama benar dengan beliau, tidak mungkin. Namun, selama kita mau berikhtiar dan berdoa, rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’ala itu pun dapat kita peroleh. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana ikhtiar kita? Banyak yang dapat kita lakukan. Di antaranya adalah (1) bergaul dengan orang saleh, (2) mengaji dengan tadarus dan tadabbur, dan (3) mengamalkan hasil yang kita peroleh melalui kedua jalan itu.
Pergaulan sangat berpengaruh terhadap sikap kita. Jika kita bergaul dengan orang saleh, insya Allah kesalehannya berpengaruh kepada kita. Orang saleh bertutur sesuai dengan akhlak yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebaliknya, jika kita bergaul dengan orang yang akhlak bicaranya tidak sesuai dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita pun dapat terpengaruh. Aktif mengaji secara cerdas mengondisikan kita dapat memahami secara utuh dan benar kesantunan berbahasa yang dituntunkan Allah Subhaanu wa Ta’ala dalam Alquran dan keteladanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pertanyaan yang mendasar adalah mengapa ada umat Islam yang berbicara kasar dan kotor? Jawabannya terpulang pada kualitas iman dan takwa mereka masing-masing. Lalu, bagaimainakah kesantunan berbahasa kita? Mari mawas diri!
Mohammad Fakhrudin, Dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo
Nidaan Hasana, Pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang
https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/08/03/kesantunan-berbahasa-dalam-islam/