Kamis 02 Jul 2020 05:05 WIB

Kematian Nabi Yahya AS

Ada tiga waktu penting dan genting dalam kehidupan setiap orang.

Kematian Nabi Yahya AS
Foto:

Apakah Nabi Yahya meninggal wajar atau mati terbunuh?

Sebagian mufassir menyatakan Yahya mati dibunuh atas perintah Kaisar Herodes. Kaisar yang lalim ini ingin menikahi anak tirinya sendiri. Yahya yang memegang teguh hukum Taurat menyatakan bahwa pernikahan tersebut terlarang.

Kaisar Herodes haram menikahi anak tirinya sendiri. Kaisar murka lalu memerintahkan kepada prajuritnya untuk menangkap dan memenjarakan Yahya. Mereka memaksa Yahya mengubah fatwanya.

Tetapi Yahya tetap teguh dengan pendiriannya. Akhirnya pernikahan itu tidak bisa dicegah. Isteri muda Kaisar tersebut menyatakan kepada Kaisar, jika dia benar-benar mencintainya, Kaisar harus bisa memenuhi permintaannya. Tentu saja Kaisar menyanggupinya dengan segala senang hati.

Di luar dugaan, istri muda Kaisar itu minta diberi hadiah kepala Yahya. Segera para algojo diperintahkan untuk memenggal kepada Yahya dan mempersembahkannya kepada istrinya yang sadis dan kejam tersebut. Cerita tersebut juga dikutip oleh Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar (XVI: 16).

Ada versi lain seperti yang dikutip oleh Hasan Ayub dalam bukunya Qashash al-Anbiya’ (hal.200). Menurut versi ini puteri Kaisar yang jatuh cinta kepada Yahya tapi Yahya menolaknya. Setelah puteri Kaisar putus asa cintanya tidak diterima oleh Yahya, maka dia merayu bapaknya untuk membunuh Yahya. Lalu terjadilah peristiwa itu. Kaisar memerintahkan prajuritnya memenggal kepala Yahya dan menampung darahnya dalam bejana lalu dipersembahkan kepada puterinya.

Ibn Katsir dalam bukunya Qashash al-Anbiya’ (hal. 358) mengutip versi yang berbeda dengan dua versi di atas. Raja Damaskus yang bernama Hadad ibn Hadar menikahkan putranya dengan putri saudaranya yang bernama Aryal, Ratu Shaida. Perkawinan itu berakhir dengan perceraian sampai talak tiga. Kemudian putra raja ingin rujuk dengan mantan isterinya yang sudah ditalak tiga itu, tetapi Yahya menyatakan dia tidak boleh rujuk kecuali jika dia sudah menikah dengan laki-laki lain terlebih dahulu, kemudian cerai. Setelah itulah baru dia boleh rujuk.

Ratu murka dengan Yahya dan meminta Raja Damaskus untuk memanggal kepala Yahya. Semula Raja menolak permintaan Aryal,  tetapi setelah dibujuk terus Raja mengabulkan permintaannya dan memerintahkan prajuritnya memenggal kepala Yahya. Wallahu ‘alam, versi mana yang bisa diterima. Yang jelas Al-Qur’an tidak berbicara tentang bagaimana cara kematian Yahya, apakah dibunuh atau mati secara wajar.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa kematian Yahya sebagai syahid diisyaratkan dalam ungkapan hayyan pada ujung ayat 15 Surat Maryam yang sudah dikutip sebelumnya. Ungkapan itu mengisyarakan tentang kematian Yahya di dunia sebagai orang yang terbunuh dan syahid. Ini karena para syuhada tidak mati tetapi tetap hidup sebagaimana ditegaskan dalam Surat Ali Imran ayat 169. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (Q. S. Ali Imran 3: 169)

 

Pandangan ini dibantah oleh M. Quraish Shihab karena pada Surat Maryam ayat 33, Nabi Isa AS juga dinyatakan dibangkitkan hidup kembali. Juga dengan kata hayyan diujung ayat seperti pada kasus Yahya. Padahal tidak ada seorang Muslim pun yang percaya bahwa Nabi Isa mati terbunuh sebagaimana halnya Nabi Yahya. (Tafsir Al-Mishbah 8: 162)

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/03/19/kematian-nabi-yahya-as/

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement