Selasa 30 Jun 2020 17:50 WIB

Ibnu Katsir dan Empat Tahap Memahami Alquran

Penafsiran Alquran empat tahap adalah warisan yang sangat berharga dari Ibnu Katsir.

 Ibnu Katsir dan Empat Tahap Memahami Alquran. Seorang pria mengenakan masker membaca Alquran di sebuah masjid Ibu Kota Sanaa, Yaman.
Foto:

Keahliannya dalam berbagai bidang ia tuangkan dalam karya tulis yang sangat mumpuni dan mendalam. Dalam bidang fikih, misalnya, ia menulis al-Ijtihād fī Talab al-Jihād dan Kitab Ahkam. Di ranah kajian Hadits, ia menulis Ikhtisār ‘Ulūm al-Hadīs dan Syarah Shahih Bukhari.

Adapun kitab al-Bidāyah wa al-Nihāyah merupakan karangan Ibnu Katsir tentang tema sejarah. Kitab berjumlah 14 jilid ini memaparkan berbagai peristiwa sejak awal penciptaan sampai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 768 H. Kitab ini tetap menjadi salah satu rujukan utama hingga kini.

Adapun karya yang paling monumental adalah Tafsīr Al-Qur’ān al-‘Alīm berjumlah 10 jilid atau disebut juga dengan nama Tafsir Ibnu Katsīr. Kitab Tafsir yang pertama kali diterbitkan di Kairo, Mesir pada tahun 1342 H/1933 M.

Dalam Tafsir Al-Qur’an al-Azim dan Fadhail Al-Qur’an, Ibnu Katsir menawarkan metode dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Ia menawarkan bahwa dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an mesti melalui empat tahap.

Pertama, menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan ayat-ayat lainnya. Menurutnya, inilah tahap tafsir yang paling utama. Bahwa sebenarnya makna dan maksud ayat Al-Qur’an dapat dicari dalam ayat-ayat yang lain.

Kedua, menafsirkan Al-Qur’an dengan Hadits dan informasi Nabi. Maksud dari tahap ini adalah bahwa apabila suatu ketika tidak dapat menemukan adanya penafsiran Al-Qur’an secara gamblang dari ayat-ayat lain, maka Al-Qur’an harus ditafsirkan melalui penjelasan dari Hadits Nabi.

Ketiga, menafsirkan Al-Qur’an dengan perkataan (ijtihad) para sahabat Nabi. Langkah ini ditempuh apabila dua langkah sebelumnya mengalami kebuntuan. Alasannya, para sahabat merupakan orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.

Keempat, menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat dari para tabiin. Empat metode itu mesti dilakukan secara bertahap dan sistematis dan, tentu saja, dengan penguasaan kaidah-kaidah Bahasa Arab.

Di antara warisan pengetahuan yang lain, empat tahapan dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an inilah warisan yang sangat berharga dari Ibnu Katsir. Oleh karena itulah Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm setebal 10 jilid masih menjadi salah satu rujukan utama dalam memahami ayat Al-Qur’an. Dari warisan ini pula, kajian tasfir Al-Qur’an makin marak. Itulah salah satu warisan terbesar dari ulama besar yang wafat pada tahun 1372 M di Damaskus, Suriah.

 

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/06/27/ibnu-katsir-dan-empat-tahap-memahami-al-quran/

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement