Selasa 16 Jun 2020 04:35 WIB

Tujuh Sahabat Nabi Muhammad SAW Berkulit Hitam

Sahabat Nabi yang berkulit hitam rela menjadi martir demi Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Grafis sahabat Nabi dari kalangan non Arab
Foto:

Ammar bin Yasir

Salah satu sahabat terkenal karena keimanannya yang kuat adalah ‘Ammar bin Yasir ra. ‘Ammar termasuk salah satu Muslim paling awal yang menerima Islam dan secara teratur disiksa bersama keluarganya.

Suatu ketika ia sedang disiksa dengan kejam, ia kemudian berkata ingin menarik kembali keimanannya akan Islam. Tak lama kemudian, ia datang kepada Rasul dalam keadaan menangis.

Ia mengatakan apa yang ia katakan tidak sama dengan isi hatinya. Mendengar itu, Nabi SAW menyeka air matanya dan melafalkan, "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar". (An-Nahl ayat 106)

Setelah mendapat banyak penganiayaan, ‘Ammar dengan teman-teman lainnya bermigrasi ke Abyssinia. Mereka menemukan perlindungan di bawah raja Kristen. Dia kemudian bermigrasi dengan sahabat lain ke Al-Madinah dan menjadikannya sebagai kelompok sahabat terpilih yang melakukan dua kali migrasi demi Allah SWT.

‘Ammar kemudian ikut dalam kampanye besar untuk melindungi komunitas Muslim termasuk Badr dan Uhud. Dia juga adalah saksi dari Ziarah Perpisahan.  ‘Ammar kemudian menjadi martir di Pertempuran Siffin.

Mihja

Salah satu sahabat terkenal Nabi Muhammad SAW adalah Mihja 'bin Shalih. Mihja 'adalah salah satu penganut awal Islam di Mekkah, dan salah satu dari mereka yang bermigrasi ke Al-Madinah.

Setelah migrasi, menurut At-Tabari dan yang lainnya, Mihja 'adalah orang pertama yang menjadi martir di Ghazwah Badr (pertempuran Badr).

photo
Ilustrasi Sahabat Nabi - (MgIt03)

Abu Dzarr

Salah satu sahabat terhormat, yang dikenal karena kesetiaan dan kepeduliannya kepada orang miskin adalah Abu Dzarr ra. Nama lengkap Abu Dharr adalah Jundab bin Junadah dari Suku Ghifar.

Di masa ketidaktahuan, suku Ghifari dikenal karena perilaku bandit dan konsumsi alkohol selain menyembah berhala. Namun, Abu Dzar berpaling dari norma-norma kesukuan ini bahkan sebelum memeluk Islam.

Setelah bertemu Nabi, Abu Dharr dengan cepat menerima Islam. Dia pergi ke Ka'bah untuk secara terbuka menyatakan keyakinannya di mana orang Quraisy melanjutkan memukulnya.

Dia pergi keesokan harinya untuk kembali menyatakan imannya, dan menerima pukulan setelahnya. Setelah berhari-hari melakukan ini dan menghadapi pemukulan, Nabi Muhammad SAW menyuruhnya kembali ke sukunya, sehingga ia dapat menyatakan pesannya kepada mereka. Dia kemudian ikut bermigrasi ke Al-Madinah dan berpartisipasi dalam Ghazwah Badr (pertempuran Badr) maupun ekspedisi lainnya dengan para sahabat.

Ayman, sang gembala

Salah satu sahabat setia Rasulullah SAW adalah Ayman bin ‘Ubayd ra. Latar belakang Ayman adalah Abyssinian melalui ibunya.

Ia dilahirkan melalui pernikahan ibunya Barakah, seorang wanita yang akhirnya dibebaskan dari perbudakan oleh Nabi SAW, dan ayahnya ‘Ubayd bin Zayd.

Ayman memeluk Islam di Mekkah dan ikut melakukan migrasi demi Allah SWT ke Al-Madinah. Dia adalah seorang gembala dan dipercayakan oleh Nabi (SAW) untuk menjaga kambingnya.

Ayman adalah salah satu prajurit dalam pasukan membela Islam. Pada pertempuran Hunayn ketika beberapa Muslim menjadi panik, Ayman adalah salah satu dari delapan Muslim yang berdiri di dekat Nabi SAW dan membelanya.

Orang-orang Muslim akhirnya memenangkan pertempuran tersebut. Dalam prosesnya, Ayman mencapai mati syahid.

Sumber: https://aboutislam.net/family-life/culture/7-black-companions-prophet/

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement