Sabtu 13 Jun 2020 04:55 WIB

Ukhuwah Rusak karena Ghanimah dan Ananiyah

Ghanimah merupakan ujian ukhuwah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Ukhuwah Rusak karena Ghanimah dan Ananiyah. Ilustrasi
Foto: Ahmed Saad/Reuters
Ukhuwah Rusak karena Ghanimah dan Ananiyah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyampaikan umat Islam tidak bisa menjaga ukhuwah karena banyak sebab. Secara harfiah, ghanimah berarti sesuatu yang diperoleh seseorang melalui suatu usaha.

Di antara penyebab pecahnya ukhuwah biasanya karena ghanimah, misalnya ghanimah kue kekuasaan dan ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok). Prof Haedar mengingatkan ghanimah sering membuat lalai dan membuat lupa terhadap saudara. Ghanimah harta terlebih ghanimah kekuasaan, biasanya kalau sudah ada di tangan sulit melepaskannya.

Baca Juga

"Pandai-pandailah ketika kita punya ghanimah dan berebut ghanimah termasuk ghanimah kekuasaan, karena di situlah ujian ukhuwah bisa membuat kita terpecah," kata Prof Haedar saat Webinar Nasional bertema 'Merawat Ukhuwah di Tengah Wabah' yang diselenggarakan UIN Malang, Kamis (11/6).

Ia menjelaskan, selain ghanimah, yang sering membuat umat retak ukhuwahnya adalah perbedaan paham keagamaan. Kemudian perbedaan ini terhubung dengan politik keagamaan dan lain-lain. Contohnya, ada kelompok yang ekstrem dalam beragama memaksakan kehendak pandangannya. Kelihatannya kecil tapi mempengaruhi yang besar. 

Begitu juga ketika menjadi yang dominan lalu dominasi ini melahirkan politik keagamaan yang ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok atau golongan). "Jadi kelompok yang kuat dalam keberagamaan akan cenderung ananiyah-nya tinggi atau yang minoritas tapi militansinya tinggi lalu punya cita-cita yang berlebih, di sinilah bisakah kita di tengah keragaman itu menekan ananiyah (kita) lalu kita sering berdialog," ujarnya.

Prof Haedar mengatakan, bisakah di negeri ini antar sesama Muslim saja mencoba menekan ananiyah, ghanimah harta dan kekuasaan atau apapun yang berharga. Serta menekan ananiyah politik keagamaan.

Ia menjelaskan, faktor lain yang biasanya merusak ukhuwah umat adalah faktor luar. Dulu di zaman Belanda ada politik belah bambu, hal ini akan selalu ada dalam hukum kekuasaan. Biasanya pihak yang keras dan tidak menyenangkan bagi rezim akan diinjak. Sementara yang jinak akan diangkat.

"Bisakah misalkan sesama umat Islam mencoba menentukan satu titik pandangan yang sama tanpa kita terlibat di dalam urusan-urusan kepentingan, di sini adalah ujian ukhuwah karena itu hal yang paling penting adalah keikhlasan dan sikap autentik," jelasnya.

Prof Haedar menambahkan, dasar berukhuwah adalah iman. Maka jelas perlu kemurnian dan kebersihan hati. Sesuatu yang disebut autentik jika meletakkan Islam di atas yang lain. Maka ukhuwah itu akan bisa mengatasi ghanimah, ananiyah dan kekuatan luar yang memecah belah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement