Selasa 02 Jun 2020 06:19 WIB
Edisi Syawal

Umar Bin Khattab, dari Pembenci Menjadi Pencinta Rasulullah

Karena keberaniannya, Umar bin Khattab dijuluki al-Faruq.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ani Nursalikah
Umar bin Khattab, dari Pembenci Menjadi Pecinta Rasulullah.
Foto:

Sebagai Khalifah Kedua

Setelah Rasulullah SAW wafat, kepemimpinan Islam digantikan oleh kepemimpinan Khulafaurrasyidin yang diawali oleh Sayyidina Abu Bakar. ada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat kepalanya. Kemudian Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar ditunjuk sebagai khalifah kedua. 

Dalam buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek karya Harun Nasution, perkembangan Islam dibawah kepemimpinan Umar bin Khattab sangat pesat. Selain meneruskan kebijakan Abu Bakar, ia juga membuat gebrakan-gebrakan revolusioner dalam pemerintahannya. Untuk kepentingan pertahanan, keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, Umar mendirikan lembaga kepolisian, korps militer dengan tentara terdaftar. 

Bahkan pada masa Umar para tentara diterapkan sistem gaji. Walhasil, saat itu.kekhalifahan menjadi salah satu kekuatan besar baru di wilayah Timur Tengah. Selain menaklukan Kekaisaran Sasaniyah hanya dalam kurun waktu dua tahun (642–644), juga berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi Timur.

Selanjutnya, di bidang hukum, Umar melakukan pembenahan peradilan Islam dengan menerapkan prinsip-prinsip peradilan dengan menyusun sebuah risalah yang dikirimkan kepada Abu Musa Al Asyary. Risalah itu kemudian disebut Dustur Umar (konstitusi Umar) atau Risalah Al Qadla (Surat Peradilan).

Sementara untuk meningkatkan mekanisme pemerintahan di daerah, Umar melengkapi gubernurnya dengan beberapa staf, seperti sekretaris kepala, sekretaris militer, pejabat perpajakan, pejabat kepolisian, pejabat keuangan, dan hakim serta pejabat jawatan keagamaan. 

Beberapa terobosan lainnya, juga diterapkan khalifah Umar bin Khattab. Mulai dari membuat kalender Islam (hijriyah), membangun baitul mal wa tamwil, mengharamkan kawin mut'ah, menetapkan pengenaan zakat atas ternak kuda, menciptakan uang logam, menggunakan pos untuk pengiriman surat, memperluas Masjid Nabawi, mengangkat pejabat pengawas harga kebutuhan, serta menetapkan ketentuan pembagian warisan, dan lain sebagainya. Meski kekuasaannya di mana-mana tapi Umar merupakan tauladan pemimpin sejati ketulusannya bukan sebuah pencitraan.

Kisahnya yang menjadi contoh bagi para pemimpin terus melegenda sepanjang sejarah. Salah satunya saat ia memanggul sekarung gandum seorang diri pada malam hari demi memberi makan rakyat yang kelaparan. Bahkan, Abbas, sahabatnya yang membantu membawa minyak samin untuk memasak tak tega melihat keringat Umar bercucuran karena jarak antara Baitul Mal dengan keluarga miskin itu cukup jauh. Namun Umar menolak tawaran Abbas tersebut.

"Tidak akan kubiarkan kamu membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku membawa karung besar ini, karena aku merasa begitu bersalah atas apa yang telah terjadi pada si ibu beserta anak-anaknya,” jawab Umar dengan napas yang tersengal.

Kesuksesannya dalam memimpin kekhalifahan mengundang rasa iri dan dengki musuh-musuhnya. Salah satunya adalah Piruz Nahavandi atau lebih dikenal dengan Abu Lukluk seorang prajurit Sasania yang bertugas di bawah komandan Rostam Farrokhzad. Tragisnya Abu Lukluk membunuh Khalifah Umar bin Khattab ketika hendak mengimami sholat subuh pada 3 November 644 Masehi atau 26 Dzulhijjah 23 Hijriyah.

 

Umar bin Khattab wafat dalam usia 63 tahun, setelah selama lebih kurang 10 tahun mengemban amanah sebagai Khalifah. Dalam Kitab al-Muntakhab, sebelum meninggal Umar sempat berwasiat agar khalifah sesudahnya betul-betul mengetahui hak orang-orang Muhajirin dan menjaga kehormatan mereka. Selain itu, Umar juga berwasiat agar pemimpin penggantinya memperhatikan hak-hak orang-orang Anshar yang telah menyediakan tempat tinggal dan beriman sejak sebelum kedatangan orang-orang Muhajirin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement