REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Arif Satrio Nugroho / Wartawan Republika
“Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu”
Hadist riwayat dari Bukhori tersebut menggambarkan betapa istimewanya Abu Bakar sebagai orang terdekat Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya menjadi orang yang paling awal masuk Islam, Abu Bakar mengerahkan jiwa dan raga ya mendampingi setiap perjalanan Rasulullah hingga akhir hayat.
Abu Bakar lahir dengan nama Abdullah bin Abu Quhafah 21 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634 masehi. Professor Masud-Ul-Hasan dalam buku Sidiq I Akbar Hazrat Abu Bakr menuliskan nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy.
Sama seperti anak Makkah lainnya, ia tumbuh di lingkungan Ka'bah dan diajarkan menyembah berhala. Suatu ketika, ia ditinggal ayahnya untuk suatu urusan pekerjaan. Abu Bakar mencoba meminta pada berhala pakaian dan makanan. Namun tentu saja berhala tersebut tak memberikannya baju maupun makanan.
Kesabaran Abu Bakar pun habis. Lalu ia mengangkat batu dan berkata pada berhala "Kalau kamu tak bisa melindungi dirimu, maka kau bukan Tuhan." Batu dipukulkan, dan berhala tersebut hancur. Sejak saat itu, Abu Bakar ogah menyembah berhala.
Ia lahir dari keluarga pedagang yang kaya. Abu Bakar pun tumbuh dan dewasa menjadi pedagang yang sukses, bahkan ia juga terpelajar. Ia sering bepergian ke berbagai daerah seperti Yaman, Suriah dan tempat lainnya.
Abu Bakar sendiri disebut telah berkawan dengan Muhammad sebelum Islam atau sejak masa jahiliyah. Ia terpaut usia dua tahun lebih muda dari Muhammad dan disebut pernah melakukan perjalanan bersama saat masih berusia 12 tahun. Lalu, Abu Bakar juga menjadi tetangga saat Muhammad menikah dengan Khadijah.
Hingga suatu ketika, Abu Bakar yang pulang dari Yaman untuk urusan bisnis mendapati kabar bahwa Muhammad telah mengaku sebagai Rasulullah. Ia pun menemui Muhammad dan mempercayai yang disampaikan oleh Sang Rasul.
Cerita soal Abu Bakar sebagai orang paling awal masuk Islam memang mengalami banyak perdebatan. Namun, Abu Bakar memang menjadi salah orang yang paling awal beriman pada Rasulullah.
Dalam kitab Hayatussahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam setelah diajak oleh Muhammad. Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi dari Aisyah. Disebutkan bahwa pada suatu hari, Abu Bakae hendak menemui Rasulullah, ketika bertemu dengan Rasulullah dan berkata:
"Wahai Abul Qosim (panggilan Muhammad), ada apa denganmu sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?" laluRasulullah menjawab, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku mengajak kamu kepada Allah."
Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung percaya Islam. Ia bahkan merasa gembira dan menemui Utsman Bin Affan, Thalhah bin Ubaudillah, Zubairi dan Aww, dan Saad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk Islam. Akademisi dan Ideologis AS Wendy Doniger dalam Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions menyebut, Abu Bakar memiliki peran yang krusial dalam menyebarkan keislaman di masa awal.
Julukan Ash Shiddiq sendiri muncul saat Abu Bakar tak ragu sedikit pun ketika Rasulullah menyebut dirinya telah bertolak ke Batul Maqdis dalam waktu semalam saat peristiwa Isra Miraj. Ia percaya penuh ucapan Rasulullah.
Semenjak masuk Islam, Abu Bakar sangat dekat dengan Rasulullah. Ia bahkan selalu membela Rasulullah tatkala disakiti oleh orang-orang Quraisy di awal masa keislamannya. Menurut Dedi Supriyadi dalam Sejarah Peradaban Islam, Abu Bakar bahkan tidak segan-segan untuk memberikan seluruh harta, dan menumpahkan segenap jiwanya untuk kepentingan Islam.
Abu Bakar juga turut serta dalam berbagai perang seperti Perang Badar pada 624 masehi atau 2 Hijriah dan Perang Uhud pada 625 masehi atau 3 Hijriah.
Peristiwa Hijrah, yakni saat Nabi Muhammad berpindah ke Yatsrib alias Madinah, Abu Bakar menjadi orang terdekat yang menemaninya. Abu Bakar patuh dalam menerima keputusan Nabi dalam Perjanjian Hudaibiyah, meski banyak sahabat Nabi kala itu tidak menyepakati perjanjian tersebut lantaran dianggap berat sebelah.
Hubungan keduanya semakin telat ketika anak Abu Bakar, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Abu Bakar pernah ditunjuk oleh Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi Muhammad SAW sakit. Tidak lama setelah itu, Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 Masehi.
Sebelum wafat, Nabi Muhammad SAW tidak memberikan pesan mengenai siapa yang akan menggantikannya, sehingga perdebatan pun terjadi soal siapa pengganti Rasulullah.
Usulan yang muncul sebelum jenazah Nabi Muhammad SAW dimakamkan itu menimbulkan perselisihan di antara umat Islam. Perselisihan berlanjut ketika kaum Anshar dalam sebuah pertemuan di Saqifah Bani Sa’idah menuntut diadakannya pemilihan seorang khalifah. Sementara, kaum Muhajirin memilih untuk sejenak berdiam, mengingat Islam baru saja kehilangan Nabi Muhammad SAW.
Perselisihan yang terjadi di Saqifah Bani Sa’idah membuat suasana di antara umat Islam semakin memanas. Dalam pertemuan itu sebelum kaum Muhajirin tiba, golongan Khajraz sepakat untuk mencalonkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti Rasul. Namun sebagian orang yang tidak setuju dengan usulan tersebut.
Situasi kembali reda setelah Basyir bin Sa’ad Abi An-Nu’man bin Basyir melakukan pidato untuk mengendalikan keadaan. Setelah tenang, Abu Bakar Ash-Shiddiq meminta orang-orang yang hadir untuk memilih antara Umar dan Abu Ubaidah sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW.
Umar dan Abu Ubaidah merasa keberatan dengan ucapan Abu Bakar yang menunjuk mereka. Keduanya menilai, justru Abu Bakarlah yang lebih pantas untuk menggantikan Rasulullah SAW, mengingat ia pernah diberikan mandat sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat.
Mandat yang diberikan kepada Abu Bakar itu oleh sebagaian besar kaum muslimin diartikan sebagai perintah yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW agar Abu Bakar dapat memimpin umat Islam setelah Rasul wafat.
Dengan demikian, maka berdirilah kekhalifahan pertama di dunia Islam pada 632 Masehi, dan, Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama.
Hasil musyawarah yang menyatakan Abu Bakar sebagai khalifah kerap disebut sebut sebagai subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, di mana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah.
Di satu sisi, Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali Bin Abu Thalib selaku menantu nabi Muhammad seharusnya menjadi pemimpin. Namun, Sunni berpendapat bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.
Terlepas dari itu, selama dua tahun menjadi Khalifah, Abu Bakar telah menorehkan sejarah besar dalam sejarah panjang peradaban Islam di dunia sebagai Khalifah pertama. Ia berperan dalam menyatukan kembali suku-suku yang berusaha melepaskan diri dari Islam pascawafatnya Rasul. Ash Shiddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis yang menjadi kitab suci agama Islam, Alquran.