REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW memberikan suri teladan yang sempurna untuk manusia. Salah satu contoh keteladanannya ialah hidup sederhana.
Siti 'Aisyah RA mengenang perkataannya kala detik-detik terakhir pemakaman Nabi SAW. Dengan penuh air mata keharuan dan kesedihan, ia berujar, "Wahai manusia agung yang tak pernah sekalipun mengenakan pakaian sutera, tak pernah tidur di atas kasur yang empuk, manusia yang meninggalkan dunia ini dengan tak pernah merasakan betapa nikmatnya roti yang halus, lebih memilih berbaring di atas pelepah kurma daripada di atas ranjang, manusia yang nyaris tak pernah tidur sepanjang malam karena takut siksa yang amat pedih" (Al Hadis).
Sungguh sangat menyentuh perasaan dan kalbu apa yang disampaikan oleh istri Rasulullah saw tersebut. Ungkapan yang tulus, jujur, dan polos seputar diri dan pribadi serta kehidupan Rasulullah. Siti Aisyah memang orang yang paling dekat dengan beliau. Siang dan malam dengan setia ia mendampingi dan melayani Rasulullah dengan penuh ketulusan dan kesabaran.
Nabi SAW hidup dengan penuh tawadhu dan kesederhanaan. Beliau lebih mencurahkan pikiran, tenaga, dan segalanya, demi kepentingan umatnya, sebagai manifestasi kecintaan terhadap mereka.
Hal itu dapat dilihat dari tempat kediaman Rasulullah yang sempit dan kecil, menyatu dengan masjid. Di situlah ruang keluarga, sekaligus ruang istirahat, ruang tamu, dan ruang makan menjadi satu yang sesungguhnya tak layak bagi seorang seperti beliau.
Apabila pakaian beliau robek, beliau sendiri yang menambalnya. Makannya sangat sederhana, bahkan lebih banyak berpuasa daripada makan. Makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang. Sampai-sampai sahabat beliau, Umar bin Khattab ra, mencucurkan air mata, ketika bertamu ke rumah Rasulullah, melihat bekas-bekas pelepah kurma pada badan beliau yang baru bangun dari tidur dan hanya mendapatkan satu gantang gandum di hadapan beliau. Masya Allah.
Amat patut bagi kita yang cinta Rasulullah untuk meneladani pribadi dan kehidupan beliau. Siapa pun dan apa pun statusnya -- pemimpin, pejabat, tokoh, ulama, kiai, ustaz, orang kaya, dan masyarakat kebanyakan -- hendaknya senantiasa dapat hidup sederhana.