REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin ‘Arabi al-Tha’i al-Hatimi atau Syaikh Akbar Muhyiddin Ibn Arabi yang dikenal sebagai Ibnu Arabi dalam buku Nashaih Al-Syaikh Al-Akbar Ibn 'Arabi memberi nasihat agar selalu memakai kesederhanaan. Karena kesedrhanaan bagian dari iman.
"Pakailah selalu kesederhanaan, karena kesederhanaan adalah sebagian dari iman. Sederhana artinya tidak bermewah-mewahan dalam hal duniawi. Dalam hadits disebutkan, 'Pakailah yang kasar-kasar saja.' Sederhana adalah sifat orang yang sedang menunaikan ibadah haji, (sederhana) sifat orang-orang di hari Kiamat karena mereka kusut, lusuh, tidak beralas kaki dan telanjang."
BACA JUGA: Doa Saat Hujan Turun, Hujan Lebat, dan Setelah Hujan Reda
"Kesederhanaan bisa menghilangkan sifat sombong, menjauhkan dari sifat bangga diri, congkak, dan pujian hampa terhadap diri sendiri. Tentunya sifat-sifat (sombong, bangga diri, congkak dan sejenisnya) ini adalah kerikil di jalan menuju kebahagiaan orang mukmin. Kerikil-kerikil tersebut tidak dapat disingkirkan kecuali dengan kesederhanaan. Karena itulah Rasulullah SAW menempatkan kesederhanaan sebagai bagian dari iman."
Demikian nasihat Syekh Akbar Muhyiddin Ibn Arabi terkait kesederhanaan sebagian dari iman. Sifat sombong dan sejenisnya hanya bisa disingkirkan dengan kesederhanaan. Dikutip dari buku Nashaih AI-Syaikh AI-Akbar Ibn 'Arabi (Nasihat Sufi Besar Ibnu Arabi/ Wahai Anakku) yang ditulis Ibnu Arabi diterjemahkan Arif Maftuhin diterbitkan IlMaN 2004.
Ibnu Arabi juga memberi nasihat agar jangan berbuat zalim terhadap sesama makhluk ciptaan Allah manusia. Dalam nasihatnya, Ibnu Arabi menjelaskan bahwa zalim adalah kegelapan pada hari Kiamat.
"Waspadalah jangan sampai kamu menzalimi sesama. Sebab, kezaliman (zhulm) adalah kegelapan (zhulm) pada hari Kiamat. Menzalimi sesama artinya kamu mengabaikam hak-hak mereka yang Allah telah mewajibkan untuk kamu tunaikan. Sama sekali jangan pernah menghina pengemis. Sebab, orang yang lapar itu mencari makanan sebagaimana orang yang sesat mencari petunjuk (hidayah)."
Mengenai nasihat Ibnu Arabi yang melarang berbuat zalim, Allah SWT juga melarang berbuat zalim.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ اُولٰۤىِٕكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى رَبِّهِمْ وَيَقُوْلُ الْاَشْهَادُ هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلٰى رَبِّهِمْۚ اَلَا لَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ ۙ
Wa man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każibā(n), ulā'ika yu‘raḍūna ‘alā rabbihim wa yaqūlul-asyhādu hā'ulā'il-lażīna każabū ‘alā rabbihim, alā la‘natullāhi ‘alaẓ-ẓālimīn(a).
"Ketahuilah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim." (Quran Surat Hud Ayat 18)